QAULAN BALIGHA

Advertisements

Pengertian Qaulan Baligha
Qaulan balighan diterjemahkan sebagai ( Perkataan Yang Membekas Pada Jiwa ). Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.

Hamka (1983:142) menyebutkan bahwa ungkapan qaulan baligha bermakna ucapan yang sampai pada lubuk hati orang yang diajak bicara, yaitu kata-kata yang fashahat dan balaghah (fasih dan tepat); kata-kata yang membekas pada hati sanubari. Kata – kata seperti ini tentunya keluar dari lubuk hati sanubari orang yang mengucapkannya.

Dari sudut ilmu komunikasi, Rahmat (1994:81) mengartikan ungkapan qaulan baligha sebagai ucapan yang fasih, jelas maknanya, tenang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki, karena itu qaulan baligha diterjemahkan sebagai komunikasi yang efektif.

Efektivitas komunikasi terjadi apabila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Qaulan Baligha mengandung arti pula bahwa komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otak sekaligus, sehingga komunikasi dapat terjadi secara tepat dan efektif.

Ayat yang berkaitan dengan Qaulan Baligha

Qaulan baligha dalam Al-Quran berkaitan dengan perintah Allah untuk Rasulullah agar berkata jelas (baligh) pada orang-orang munafik, agar dakwah pada mereka menjadi membekas dan dakwah pada mereka sesuai dengan apa yang telah mereka pahami.

Dalam Firman Allah :

اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ يَعْلَمُ اللّٰهُ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَ عْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْۤ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًاۢ بَلِيْغًا

“Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu, berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 63)

Baca Juga :  Mengatasi Kesenjangan Akses Bantuan Hukum di Bengkalis : Tantangan dan Solusi

Arti Surah An – Nisa Ayat 63

Dengan melihat ayat Al-Qur’an di atas, gaya bicara dan pilihan kata saat berkomunikasi dengan orang awam harus berbeda dengan saat berbicara dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak-anak TK tentu berbeda dengan berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut untuk menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa.

Tafsir Surah An – Nisa Ayat 63

Ulama tafsir dalam mengartikan potongan ayat di atas dapat dikatakan senafas dalam memaknainya ayat tersebut. Mereka memaknai sebagai perintah menasehati orang-orang munafik dalam semua perkara, yaitu dengan melalui perkataan yang membekas dalam jiwa mereka atau pesan yang betul-betul sampai kejiwa mereka. Dengan pesan yang tersebut, diharapkan menghindarkan mereka dari (mengubah) niat jahat yang ada pada mereka (orang-orang munafik).

Cerita Hikmah dibalik Surah An – Nisa Ayat 63

Salim A. Fillah menjelaskan bahwa ketika perang Tabuk diserukan, waktu itu musim paceklik. Kaum Muslimin semua memanggil seruan tersebut, kecuali 3 orang, yaitu Kaab Bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Murarah bin rabi‟ dan kaum munafik tentunya. Pada kesempatan ini, istri para munafik tidak mau ketinggalan, menghasud istri-istri kaum muslimin yang berangkat, dengan menakut-nakuti mereka akan kondisi yang sulit. Adapun para istri kaum muslimin tersebut menjawab: “Inna dzahaba akkal,wa baqiya arrazaq “(sesungguhnya yang pergi adalah tukang makan, sedangkan Allah yang memberikan rezeki tetap tinggal). Inilah kalimat yang membekas jiwa. Ada unsur ledekan juga bahwa para suami juga „tukang makan‟, pada hakikatnya, mereka bukan pemberi rizqi & penentu hidupmati. Begitu juga kata-kata ini sebagai sindiran bagi orang munafik, bahwa jika „tukang makan‟ suami mereka (orang mukmin) pergi, maka „tukang makan‟ orang-orang munafik tidak pergi dan tetap di rumah, menghabis-habiskan sediaan paceklik dan rawan, padahal mereka bukan pemberi makan, bukan pula yang menjamin keselamatan.

Baca Juga :  Pentingnya Ekonomi Sehat dan Kuat bagi Negara Indonesia

Bahwa meskipun kita menghadapi segala kebohongan yang diberikan oleh orang – orang munafik tetapi hendaknya kita untuk tetap memberikan sebuah perkataan yang dapat membekas dijiwanya agar ucapan tersebut dapat sampai ke lubuk hati seseorang itu sehingga diharapkan ucapan tersebut dapat membawa mereka untuk mengubah niat jahat nya.

Kesimpulan

Ayat ini mengajarkan bahwa keberhasilan suatu informasi dalam sebuah komunikasi bukan terletak pada panjangnya suatu informasi, tetapi sejauh mana informasi tersebut atau pesan-pesan yang disampaikan dapat menyentuh hanti lawan bicara (komunican), sehingga dapat berbekas dalam hati mereka. Selain itu, dalam memberikan nasehat, seorang komunikator diharapkan pula memilih kata yang berkesan pada objek bicara. Dengan demikian, dua hal yang ditekankan agar komunikasi berkesan dan berbekas dalam jiwa seseorang yaitu bentuk komunikasinya dan pemilihan katanya. ***

Ocha Anggraini ( 0101.23.0044 )
Dosen Pengampu : Dawami, M.I.Kom
Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin Dumai
ochaanggrainianggraini@gmail.co
m

Sumber: https://ochaa00.blogspot.com/2024/11/komunikasi-islam.html

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *