BUALNEWS.COM – Kurang satu abad Nahdlatul Ulama (NU) hadir di Indonesia, sejak didirikan 31 Januari 1926 / 16 Rajab 1344 H oleh sejumlah Ulama dan Kyai antara lain KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. As’ad Syamsul Arifin atas dukungan Syaikh KH. Kholil Bangkalan, Madura, kiprah NU untuk taah air tak lagi diragukan. Kontribusi Para Kyai NU dalam mendirikan dan berjuang untuk tegaknya Republik Indonesia tercatat dengan baik di sejarah perjuangan bangsa ini.
Tidak lama lagi, Para Ulama dan Kyai NU akan memilih Ketua Umum PBNU di Muktamar NU ke-34 di Provinsi Lampung. Di level ada PWNU dan di level kab/kota ada PCNU yang memiliki masing-masing 1 suara untuk memilih Ketua Umum PBNU Periode 2021-2026. Provinsi Riau memiliki putra terbaiknya untuk mewakili seluruh Sumatera dan Luar Jawa sebagai salah satu Balon Ketua Umum PBNU. Sehingga, Balon Ketum PBNU yang selama ini baru 2 (dua), yaitu Petahana KH. Said Agil Siroj dan Gus Yahya Staquf akan bertambah menjadi 3 (tiga), yaitu KH. Abdul Halim Mahali, Lc, LL.B (Hons), MPIR, yang akrab disapa Gus Mahali.
Gus Mahali adalah alumnus Ponpes Al-Falah, Pedekik, Kab. Bengkalis. Dilahirkan pada tahun 1977 di Desa Batang Malas, Kec. Tebing Tinggi Barat, Kab. Kep. Meranti, Provinsi Riau. Pendidikan dasarnya di kampung halamannya di Madrasah Raudhlatul Hidayah Desa Batang Malas tingkat MI dan MTs. Lalu melanjutkan ke Madrasah Aliyah YPPI Bengkalis (Yayasan Pesantren Pendidikan Islam), 1992-1995. Gus Mahali meneruskan studinya ke luar negeri di International Islamic University (IIU), Islamabad – Pakistan 1995-2005. Sebelum pulang ke tanah air, beliau mendirikan PCI NU atau NU Istimewa Cabang Pakistan pada 28 Mei 2005 bersama Gus Reza Ponpes Lirboyo Kediri Jawa Timur, Gus Niam Sutaman alumnus Ponpes Matholiul Falah Pati, Jawa Tengah dan Gus Afifuddin Ponpes Al-Fatah Sekaran, Lamongan, Jawa Timur. Di Universitas Islam Antarabangsa (IIU) tersebut Gus Mahali menamatkan studi S-1 nya di Fakultas Syariah dan Hukum (Comparative Law) dengan gelar LL.B (Hons), dan S-2 nya di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional (MPIR). Dua gelar ini menjadi dasar yang layak untuk memimpin di PBNU bersebab ada jurusan Syariah atau hukumnya dan ilmu diplomasinya.
Gus Mahali memaparkan bahwa sejumlah program besar perlu dihadirkan oleh Ketua Umum PBNU terpilih nantinya. Selain yang sudah ditata oleh periode sebelumnya, maka PBNU perlu melakukan konsolidasi akbar ke seluruh Indonesia. Mulai dari menggelar Gebyar Sholawat dan Tablig Akbar untuk Indonesia Jaya dari level PWNU hingga PCNU. Disitu juga Para Petinggi PBNU harus mampu mempidatokan Doktrin ASWAJA NU, Komitmen NU terhadap NKRI atau Kebhinnekaan, dan lain sebagainya. Kemudian, PBNU harus mampu memfasilitasi kemitraan erat antara sesame anak bangsa dan kemitraan ekonomi agar terwujdu kemandirian dalam ekonomi kreatif produktif di Warga Nahdliyyin yang berjumlah hampir seratus juta di tanah air. “PBNU bahkan harus berusaha memerankan diri sebagai salah satu penyangga pilar perdamaian dunia, bersama PBB ikut serta menjaga dan menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di berbagai negara di dunia”, ungkap Gus Mahali.
Menyikapi Muktamar NU ke-34 di Lampung dimana ada Putra Sumatera atau Putera Luar Jawa yang ikut sebagai Balon Ketua Umum PBNU, maka diharapkan seluruh elemen di masyarakat PRovinsi Riau secara khusus memiliki rasa gembira. Karena akan menjadi sejarah baru bahwa Riau berhasil mengantarkan putra terbaiknya untuk berkompetisi di pentas nasional, apalagi ini adalah posisi prestisius berupa Ketua Umum PBNU, organisasinya Para Ulama dan Kyai NU se-Indonesia.
“Alhamdulillah, saya telah berziarah ke Makam Syaikhona Kholil Bangkalan di Madura, Makam Hadrostussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan Gus Dur di Tebuireng Jombang. Saya juga telah bersilaturrahim dan meminta restu kepada Para Ulama/Kyai Sepuh NU di Pulau Jawa meski belum semuanya karena keterbatasan waktu. Misalnya, saya telah meminta dan diberi restu oleh Ketua PWNU Jawa Timur KH. Marzuqi Mustamar yang juga Pengasuh Ponpes Sabilurrosyad Kota Malang; Maulana Habib Lutfi Bin Yahya, Wantimpres RI sekaligus Pimpinan Organisasi Tarekat An-Nahdliyyah se-Indonesia di Pekalongan Jawa Tengah, Abuya Muhtadi Dimyathi Ulama Karismatik Tanah Banten; Habib Taufiq Bin Ali Bin Shahaab Sesepuh Habaaib Kota Palembang Sumatera Selatan”, Gus Mahali mengisahkan perjalanan silaturrahimnya ke Pulau Jawa.
Beliau berharap Muktamar NU ke-34 di Lampung berjalan lancar, kondusif dan tidak seperti Muktamar NU ke-33 di Jombang yang sempat terjadi sedikit kekacauan. Gus Mahali juga muncul untuk ikut menyejukkan suasana agar situasi jelang dan saat Muktamar NU berjalan santun mengingat sebelumnya hanya ada dua nama yang muncul ke media massa yaitu KH. Said Agil Siroj yang sudah dua kali menjabat dan Gus Yahya Staquf yang sekarang menjabat sebagai Katib Aam PBNU. ***
Editor: Wadami
Lanjutken KYAI…semangat untuk membangun keberadapan ISLAM…SEMOGA DI RIDHOI…AAMIIIN YRA…