BUALNEWS.COM — SEBAGAI anak bungsu dari sepuluh bersaudara, Lahir di Bukit Batu, 15/10/1975 dan terlahir dari sosok seorang bapak yang sangat penyabar, bijak, taat ibadah dan tidak pernah marah tapi sangat berkharisma dihadapan sepuluh anaknya. Dialah sosok bapak bernama Busri bin Parjoyo dan hingga hari ini sebagai anak maka terus belajar untuk sepertinya dalam rahasia mendidik anak. Hingga sampai pada kesimpulan yaitu seorang bapak harus menjadil tauladan yang baik kepada anak maka anak akan mengikuti dan menghargainya dari sekecil apapun perbuatan yang dilihat dari bapaknya.
Sedangkan sosok ibu, adalah seorang perempuan yang memiliki sifat dermawan yang luar biasa, pekerja keras dengan semangat pantang menyerah dan hati yang bersih. Baginya, bersedekah tidak mengenal mau besar atau kecil. Nilai yang paling penting adalah keikhlasan dan berkepatutan. Maka Allah SWT berikan .kelebihan apapun yang ditanam dan apapun yang dipeliharanya/ternak maka jarang tidak berkembang dan memberi nilai manfaat kepada orang lain serta bernilai sedekah. Prinsip yang selalu muncul kasihan, biar meraso dan panjang amal. Dialah sosok ibu bernama Rubiah binti Syarif.
Bapak, bukan orang asli Bukit Batu, tetapi tetap orang Indonesia. Sedangkan Mak, orang asli dimana dilahirkan di Bukit Batu. Bapak berasal dari Semanten Arjosari, Termas, Pacitan. Merupakan anak pertama dari pasangan Parjoyo (Ayah) dan Rohimah ((ibu) memiliki 5 bersaudara Umar, Musa Ismadi, Khalil dan Sutrisno Bapak adalah anak tertua dari pasangan Parjoyo dan Rohimah.
Jauh dari kampung halaman serta saudara kandung tapi dia tidak sendirian. Di Bukit Batu, bapak juga bersama adik bungsu mbah Rohimah yaitu Khusin. Dan anak perempuan dari abangnya mbah Rohimah, Suradi bernama Syamsiah ( Wak Siah, kami memanggilnya’Red). Kalau pun rindu dengan kampung halamannya Termas Pacitan naka selalu menghidupkan musik wayang dalam bentuk kaset. Itulah tanda, bapak sangat rindu berat pada kampung halamannya.
Sebagai anak bungsu yang sedikit punya kedekatan , keberanian untuk sedikit melanggar kebiassan aturan di rumah dalam batas yang wajar maka selalu dan banyak tahu sosok bapak. Mulai dari cara kerja, ibadah dan menyelesaikan setiap masalah dengan tenang Pada sebuah kesempatan sempat protes nama kenapa Dawami dan kenapa tidak dawam aja. Sebab selalu salah ditulis dalam jenis kelamin di sekolah dan saat ikut lomba.
Menjawab itu, bapak dengan tenang, sambil tersenyum memberikan jawaban ‘ Dawami tu namanye barokah. Namo Menteri Agama dari NU zaman dulu,. Nama lengkapnya, KH Imam Dawami ” ungkapnya.
SaudaraKU pertama adalah seorang perempuan, bernama Hj Zainab (Alm), Moezaid, Rusmini, Khodariah, Sukarni, Suwarni, Mashudi, Marliah, Syarifah Aini dan saya sendiri, Dawami. Hingga kin 2022i, bapak memiliki cucu sebanyak 29 orang dan cicit 25 orang. Semoga keluarga besar Busri bin Parjoyo dan Rubiah Binti Syarip ini selalu diberi keberkahan dan lindungan Allah SWT. Buat bapak dan mak semoga dilapangkan alam kuburnya, diterima ibadahnya dan dikumpulkan dengan orang-orang yang sholeh. Demikian pula buat pamanKu Umar, Musa, Ismadi, Khalil dan Sutrisno walaupun tak pernah ketenu, tapi bapak selalu bercerita tentang adik-adiknya. Rasa cintanya, rindu dan bernostalgia dalam kenangan saat bersama di dekapan asuhan seorang ibu yang sabar, lebut bernama Rohimah dan ayah bernama Parjoyo. Hari ini, dipenghujung bulan penuh berkah. 27 Ramadhan 1443 Hijrah atau April 2022 pukul 01.45 WIB mereka telah dikumpulkan dalam rasa cinta, kasih sayang dengan rahman dan rahimnya Allah SWT. Amiin ya Allah.. ***
Dmcitypukul 01.45wib/27ramadhan 1443 H
Penulis: Dawami S.Sos M.I.Kom, Dosen, Jurnalis Senior Wartawan Utama dan Pegiat Lingkar Pojok Literasi.