NAMANYA lebih dikenal dengan Tuan Syekh Zainudin atau lebih lengkap Tuan Guru Syekh Zainuddin Rokan. Lahir di Tambusai, Rokan Hulu dengan nama kecil Julad hingga usia memasuki 100 tahun atau tepatnya tahun 1353 Hijriyah atau 1932 Masehi tuan syech wafat dan dimakamkan di samping Masjid Raya Annur, Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, Kabupaten Rokan Hilir.
Makam berdiri dan terawat serta terjaga dengan baik oleh anak cucu, cicit, warga serta kepedulian Pemkab Rohil dengan membangun komplek pemakaman membuat nyaman penziarah. Berada persis ditepi jalan utama yaitu Jalan Tuan Syekh Zainuddin, Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Sedangkan kalau dari jalan lintas utama Ujung Tanjung-Bagansiapiapi, tepatnya dipersimpangan Ayam Putih Pungguk maka tak lebih dari 15 menit perjalanan dengan kondisi jalan ke lokasi pemakaman baik.
Sesampai di komplek pemakaman, lalu parkirkan mobil di halaman Masjid Raya Annur. Kemudian penziarah bisa langsung menuju ke komplek pemakaman. Di depan teras sebelum masuk ke rumah utama maka peziarah wajib mengambil wuduk di bak air yang terbuat dari batu berdiameter lebih kurang 3 x 4 meter dengan tinggi dari lantai keramik lebih kurang 1,5 meter. Air di Bak Batu penampungan berasal dari air hujan. Lalu, bagaimana kalau musim kemarau? Apakah air akan kering dan ternyata tak kering. Walaupun guna mengantisipasinya juga disiapkan pipa air saluran dari perigi (Sumur’Red) Tuan Syekh demikian disebutkan. Perigi tuan Syekh juga dari cerita warga tak pernah kering dan malah jadi sumber mata air bagi warga kalau musim kemarau tiba.
Memasuki ruang komplek makam utama terlihat makam tuan syech berkelambu kain kelambu putih, hijau demikian pula kain pengikat batu nisannya. Demikian pula kanan dan kirinya dikelilingi pagar besi sebagai pembatas. Bagi yang memiliki hajat atau ada niat maka bisa masuk kedalamnya dengan membaca yasin, mengirim alfatiha, zikir, membaca alquran. Istimewanya, memasuki komplek pemakaman semakin mendekati makam bau harum dan rasa tenang dari karomahnya sangat terasa.
Kemudian di dalam makam tuan syekh terdapat tempayan penampungan air, menurut sumber dari masyarakat setempat menyebutnya dengan nama take/teko. Air yang diambil dari take ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Sisi lainnya, banyak dari masyarakat berziarah dan mengambil air di dalam take ini untuk diminum, membasuh muka, bahkan mereka membawa air dalam take ini pulang ke rumah, namun air dalam take tersebut tidak pernah kering.
Diruang komplek pemakaman juga terdapat foto dan silsilah keturunan tuan syekh. Dari silsilah ini terlihat jelas nama-nama istri dan anak dari tuan syekh. Walaupun dari keterangan warga, untuk mendapatkan karomah atau berkah maka tuan syekh juga memiliki beberapa istri lainnya.
Dari istri pertamanya Hafsah, memiliki anak perempuan bernama Maryam bersuamikan Syekh Abdul Wahab Rokan dengan memiliki anak Zamrud, Cantik, Pokih Tambah dan Pokih Na’in
Dari istrinya yang kedua bernama Hindun memikiki anak perempuan Saripah dengan suami Khatib Hasim memiliki anak Pokih Muhammad Dian, Kh Sodiq, Abdul Manas, Halimah, Kh Zainal dan Fatimah
Sedangkan dari istrinya Morib memiliki anak perempuan bernama Khodijah memiliki suami Bakri dan anak yaitu Fatimah dan Maykalsum.
Demikian pula dari istrinya keempat bernama, Bainah memiliki anak perempuan bernama Aisyah dengan bersuami Tengku Ahmad memiliki tiga orang anak yaitu Tengku Zabir, Tengku Amran dan Tengku Zainuddin.
Tuan syech bukanlah penyebar agama Islam, sebab pada masa itu agama Islam sudah dianut oleh mayoritas masyarakat. Tetapi ketokohan tuan syekh tidak terlepas dari kegigihan sikapnya dalam menerapkan nilai agama Islam sekaligus melakukannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
Terutama jasa-jasanya dalam menerapkan Tareqat Naqsabandiyah senantiasa harum dalam ingatan masyarakat dan menjadi ucapan yang mewariskan dari generasi ke generasi khususnya di Kecamatan Tanah Putih Tanjung Melawan hingga sekarang. Sampai saat ini, makam Tuan Guru Syekh Zainuddin Rokan masih menjadi situs bersejarah bagi masyarakat Rokan Hilir dan daerah lainnya.
Hidupnya ini kurang lebih se zaman dengan Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan atau yang dikenal dengan Tuan Guru Basilam dan Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq Mufti dari Kerajaan Indragiri. Tuan guru syekh Zainuddin Rokan ini semakin dekat kekerabatannya setelah anaknya Maryam, menikah dengan tuan guru Syekh Basilam.
Tuan syekh Zainuddin ini juga belajar tareqat di Jabal Ali Qubis, Mekkah. Kemudian ia beramal atau berdakwah do’a -do’anya ini sering makbul sehingga beliau tidak hanya dikenang berwibawa tetapi beliau ini juga sangat dihormati di kampung-kampung sekitar di Tanah Putih Tanjung Melawan, Tidak hanya di masyarakat Tanah Putih Tanjung Melawan saja ia juga sangat terkenal di seluruh masyarakat Rokan Hilir, sampai ke hulu sungai Rokan dan Pasir Pengaraian
Banyak cerita tentang kesholehannya dan soal kramatnya diceritakan dan dikenal masyarakat. Dalam satu cerita, Tuan Syekh kalau Shalat Jumatnya langsung ke Mekah dan ikut pula memadamkan api saat masjid Haram terbakar. Serta masih banyak cerita lain, menandai akan kramatnya.
Keraguan akan kramatnya terkait setiap diajak Shalat Jumat diselalu bilang. “Tuan saje shalat di masjid. Aku shalat jumat di Mekah,”. Terkadang dia membawa bukti bahwa dia dari Mekah Shalat jumat berjamah dengan membawa setandan buah kurma yang baru diambil. Dan buah kurma itu dibagikan ke setiap masyarakat yang lewat. Padahal begitu masuk waktu shalat jumat, dia hanya masuk dalam kelambu tempat yang selalu digunakan untuk beribadah.
Cerita lain juga diceritakan, saat dia sedang potong rambut ditempat pemotongan rambut. Tiba-tiba, tuan Syech minta diambilkan air satu ember maka tukang potong rambut pun mengikuti perintahnya. Lalu, disiramkannya air dirumpun pohon sawit. Ini dilakukannya, hingga dua kali. Lalu, baru dia berkata kalau Kakbah terbakar. Masyarakat makin percaya ketika orang pulang haji berkata. “Untung ada tua Syech ikut menyiramkan air dan memadamkan api, kalau tidak kami terbakar di Kakbah,”.
Dalam sebuah cerita lain akan kramatnya adalah para pedagang yang melintasi jalur datang melewati Sungai Rokan sangat berharap didoakan dan kapal atau sampan atau perahunya didoakan akan dinaik serta disentuh bertujuan mencari berkah buat kelancaran urusan selama berlayar membawa barang dagangan keseberang. Tak tanggung-tanggung pula begitu, pulang dari seberang dengan hasil dagang melimpah maka tak lupa pula menunaikan niatnya pada tuan Syech.
Cerita ini akhirnya sampai kepada pihak pimpinan Belanda dan beranggapan, tuan Syech melakukan pengutipan pajak terhadap para pedagang. Akhirnya, pimpinan Belanda berlayar dari Bagansiapaiapi dan bermaksud akan menangkap dan menembak tuan Syech. Hingga akhirnya sampailah di pelabuhan Tanah Putih Tanjung Melawan. Tanpa dicari maka Tuan Syech sudah menunggu komandan Belanda tersebut diujung pelabuhan tempat dimana kapal Belanda akan ditambat. Bukan ditembak atau ditangkap malah komandan Belanda itu memeluk, mencium, bersujud dan pulangnya memberikan hadiah lagi beberapa gulden kepadanya. Akhirnya, anak buah kapal yang juga orang Bagan itu bertanya. Kenapa tidak ditangkap atau ditembak. Jawabannya singkat saja., “Orang tua itu, mirip sekali dengan ayah Ku. Tak mungkin aku menangkapnya,”
Hingga hari ini, makamnya selalu diziarahi oleh masyarakat. Dan hingga hari ini, makamnya masih terjaga dengan baik sehingga membuat penziarah nyaman. Apalagi untuk parkir dan shalat pun bisa shalat di masjid raya Annur yang berada bersebelahan dengan komplek pemakaman. ***
*Penulis: Dawami S.Sos M.I.Kom, Dosen Komunikasi, Jurnalis Senior Wartawan Utama, Pegiat Lingkar Pojok Literasi.