BUALNEWS.COM — Terik panas siang ini, Rabu (23/08/2023) pukul 11.30 WIB, tidak membuat surut semangat untuk ziarah ke makam Tengku Said Muhammad Al Aydrus di Dusun Makeruh Jaya, Desa Makeruh, pulau terluar NKRI, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, itulah Pulau Rupat.
Dilokasi ini, tidak saja ada makam Habib Tengku Said Muhammad Al Aydrus juga terdapat rumah tempat tinggalnya kini masuk dalam cagar budaya Riau dan sebuah masjid bernama Masjid Al Ikhlas. Kalau rumah masih terlihat sangat asli bangunannya. Ini terlihat dari papan, batu alas tiang, atap, daun jendela serta ornamen yang melekat pada bangunan rumah, sedangkan renovasi kecil-kecilan dilakukan ahli keluarga pada bangun terpisah yang disebut dapur.
Menariknya lagi, bagi yang mau coba dan percaya bahwa sumur di depan masjid diyakini bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Dan itulah kepercayaan masyarakat untuk meraih kesehatan, atau membuka usaha kesuksesan bisnis, atau tes belajar bagi anak-anak mereka dan lainnya. Dengan cukup dimandikan, atau berwuduk atau lainnya. Padahal sumur hanya berjarak beberapa meter dari pantai, tidak asin, tak pernah kering musim kemarau dan jernih airnya.
Tepat pukul 10.30 WIB, kami sudah tiba di kantor kepala desa terletak sebelah kiri Jalan Raya Sungai Cingam-Makeruh dan berdekatan dengan sebuah masjid. Kami pun bersilaturahmi dengan aparat desa di kantor desa, sebab perjalanan kali ini bersama Rektor dan Ketua Yayasan. Keduanya baru kali ini sampai di Desa Makeruh maka digunakan untuk mengucapkan terima kasih atas layanan dan bimbingan masyarakat Desa Makeruh kepada mahasiswa KKN IAITF Dumai 2022 lalu. Sekaligus mengucapkan berduka atas meninggalnya kades lama Dedy Sumantri.
Banyak aktivitas dimanfaatkan selama perjalanan ziarah ke Makam Tengku Said Muhammad Al Aydrus serta kerabat. Untuk sampai ke lokasi maka kami harus melalui jalan lama yang badan jalannya sudah beraspal apa adanya tapi pas-pas satu mobil. Sedangkan kanan kirinya banyak ditumbuhi batang mangrov serta batang nipah. Kalau dari kantor desa sebelum sampai ke Pantai Makeruh maka kita harus melewati perkuburan masyarakat dan inilah persimpangan penanda bisa sampai kesana. Setelah itu, jalan lurus maka lebih kurang 10 kilometer atau lebih kurang 30 menit perjalanan maka kita pun dibuat takjub dengan pemandangan pantai pasir putih yang indah dengan tarian gelombang putih Selat Melaka sehingga mengobat keletihan dan harap-harap cemas melintasi jalan menggunakan mobil dalam kondisi jalan perlu sentuhan Pemkab untuk membuatnya lebih layak dengan nama besar dan keindahan pasir putih Pantai Makeruh, Selat Melaka.
Dalam sebuah diskusi dengan Kades lama waktu itu, pihak Desa Makeruh bukan tidak mau menganggarkan melalui dana desa, tapi tidak boleh. Sebab jalan ini adalah jalan kabupaten. Yang bisa dilakukan warga adalah kalau semak maka digotong royong dan beberapa titik yang rusak diperbaiki dengan gotong royong.
***
Lokasi makam berada dibelakang rumah kediaman peninggalan Tengku Said Muhammad Al AydruTengku Said Muhammad Al Aydrus masih sangat asli dan kini sudah terpasang plang sebagai rumah cagar budaya Provinsi Riau. Berjalan dari samping rumah sekitar 20 atau 30 meter maka akan kita temui susunan makam keluarga di tembok dengan batu bata dengan tinggi lebih kurang 1.5 meter.
Di dalam tembok, ada dua deretan kuburan dan masing-masing satu deret ada 7 dan 8 kuburan. Ditandai batu nisan dan batas dari masing-masing kuburan. Persis berada paling pojok terdapat makam dengan nisan tidak jauh berbeda dengan dengan lainnya. Inilah makan Tengku Said Muhammad Al Aydrus baru saja mendapat anugerah gelar sebagai pahlawan daerah Riau dan sedang diusulkan sebagai pahlawan nasional.
Dalam ziarah ini, tahlil langsung dipimpin ketua Yayasan Tafaqquh Fiddin dan doa oleh Rektor IAITF Dunai serta diaminkan oleh semua rombongan yang ikut ziarah. Berkahnya, saat perjalanan pulang terasa lebih mudah dan beberapa pertemuan dilakukan lancar hingga pada saat masuk di RoRo, antrean parkir mobil langsung masuk RoRo. Padahal ada juga rasa was-was bakal dapat giliran masuk Kapal RoRo terakhir. Apalagi melihat banyaknya mobil yang antre, rasanya tak mungkin bisa disuruh duluan. Tapi Allah SWT berkehendak lain, akhirnya kami disuruh petugas memperlihat karcis perjalan masuk ke Kapal RoRo yang dibeli tadi Rp 145.000. “Alhamdulilah, inilah barokah ziarah di makam orang alim dan habaib dimudahkan perjalanan,” ungkap Rektor di dalam mobil saat disuruh masuk petugas setelah memperlihat karcis.
Tak jauh dari rumah dan makam lebih kurang berjarak 50 meter terdapat Masjid Al Ikhlas dan memang bangunan masjid sudah banyak direnovasi, tapi bahwa masjid ini adalah berasal dari masjid lama masih sangat terasa keberkahannya. Kami pun melakukan shalat sunat sambil beristirahat sejenak dan menikmati kondisi dalam masjid.
Menariknya, walaupun ini bukan kunjungan pertama bagiKu tapi sudah yang ketiga. Dimana yang pertama, saat melihat mahasiswa IAITF Dumai KKN, kedua pada saat menjemput mereka pulang setelah selama 40 hari ber KKN. Dan ini, kali ketiga bersama Ketua Yayasan IAITF dan Rektor IAITF Dumai. Banyak cerita sudah didapat tentang Kampung Makeruh dan Pulau Rupat mulai dari tentang Lailong, Alohong, Tanjung Kepala Burung dan Sumur di masjid ini. Termasuk juga bagaimana asal muasal kampung Bandar Makeruh, sejarah kedatangan dan makam para keturunan Tengku Said Muhammad Al Aydrus sehingga perannya sebagai pemasok kebutuhan bahan makanan dan kebutuhan pokok selama kemerdekaan.
Sedangkan cerita tentang sumur. Walaupun cuma berjarak kira-kira 20 hingga 30 meter dari tepi Pantai Pasir Putih Desa Makeruh.dan Selat Melaka, tapi air sumur ini tetap jernih, tidak payau apalagi asin. Airnya jernih dan tidak pernah kering bagaimana musim kemarau pun. Itulah sumur tempat air wuduk masjid Al Ikhlas, Dusun Makerub Jaya, Desa Makeruh, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, NKRI.
Sisi lain dari sumur masjid ini dipercaya dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Awalnya sunur ini, memiliki tangga ke bawah dan siapa pun mengambil wuduk harus turun ke sumur dengan tangga. Tapi seiringnya waktu maka sumur ini sudah berbeton sehingga siapa mau ngambil wuduk tidak lagi bisa ke dalam sumur, tapi cukup dengan memakai timba.
Desa Makeruh juga dikenal Desa Habaib, berawal dari datangnya Habib Sayyid Abdurahman Al Aydrus lahir di Kubu Darusalam, Kalimantan. Pendahulu beliau secara rombongan datang dari Hadramaut, Yaman dengan mendirikan Kerajaan Kubu Darusalam di Kalimantan. Sayyid Abdurahman kemudian merantau ke Melaka dan membantu Raja Melaka. Kemudian beliau meninggalkan Melaka karena sultan bekerjasama dengan Protugis yang beliau anggap tidak sesuai prinsipnya. Beliau akhirnya meninggalkan Melaka dan hijrah ke sebuah pulau bulat kecil di seberang Melaka dikenal dengan Pulau Rupat.
Pertama sampai di Pulau Rupat beliau datang ke sebuah tempat di Pulau Rupat bernama Kematang. Di Kematang inilah masih ada peninggalan berupa 11 kuburan orang-orang awal yang menghuni di kawasan itu. Kemudian beliau menikah dengan Endut ahwal dan memiliki dua orang anak laki-laki bernama Sayyid Idrus dan Sayyid Muhammad Al aydrus. Sayyid Muhammad Al aydrus ini mulai menghuni daerah dikenal saat ini dengan nama Desa Makeruh dan memiliki anak dan cucu yang sekarang sudah menyebar di Provinsi Riau dan daerah lainnya.
***
Penulis: Dawami S.Sos, M.I.Kom, Dosen IAITF Dumai, Jurnalis Senior Wartawan Utama, Pengiat Lingkar Pojok Literasi