Sorban pak Rektor

Advertisements

BUALNEWS.COM — Mimpi apa malam tadi agaknya, Saya pun tak tahu. Atau ini, bagian dari keberkahan bulan suci Ramadhan 1443 H/2022 masehi juga bisa jadi. Yang jelas,  sorban berwarna abu-abu, halus dan sedikit mengkilat dengan motif serta bentuknya sebagai mana layaknya sebuah sorban pada umumnya.

Tapi bagi saya, sorban ini sangat bernilai. Pertama, sorban pak Rektor. Kedua, sorban Tuan Guru dan Ketiga, sorban pak Kyai/Buya dan Keempat, sorban guru, abang dan saudara dalam ikatan seakidah sebagai tempat berdiskusi dari dulu hingga kini. Mulai dari yang paling berat hingga hal-hal ringan saja.

“Sorban ini, ikut keliling ceramah trenarapid alpha pharma cycle for women tanah Pulau Bengkalis. Sorban ini, abang beli di tanah suci. Semoga bermanfaat,” ungkapnya.

Itulah sorban pak Rektor, sorban Tuan Guru dan sorban pak kyai. Bagi orang yang dibesarkan dari keluarga Nahdiyin dan pernah belajar di pesantren maka pemberian dari seorang guru memiliki nilai ilahiyah dalam menyambut barokah ilmunya, amalannya dan kealimannya.


Sore hari Jumat, (8/4/2022 sesudah Shalat Asar di Mushola Assufah Kampus Sang Pemimpin IAITF Dumai saya diajak ke ruang Rektor. “Nanti, ke ruangan ya,” ungkapnya, santai tapi sangat tegas.

Usai mengucapkan itu, kami terus menuju dalam mushola yang kanan kiri bangunannya masih sangat terjaga keasriannya, hijau dan rindang dengan pepohonan yang menjadi saksi perjalanan kampus.


Ada pohon yang di tanam diawal kampus ini berdiri, dari Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAI) Tafaqquh Fiddin di tahun 2000 hingga naik status menjadi Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin  (IAITF) Dumai berdasarkan SK Dirjen Pendis No 6266 Tanggal 5 November 2014.

Seperti biasa jawaban saya. “Siap,”  hanya sebelum sampai keruangannya. Saya, pak Rektor dan pembantu Rektor I Dr (Cand) Faisal Nurmantias ME  sempat bincang-bincang  ringan terkait mahasiawa ramai-ramai di Kantin Kocek IAITF Dumai. “Insyaalah, nanti Cipsf buat kegiatan bagi-bagi takjil berbuka,”  Kegiatan Jumat Barokah ini dilakukan setiap Jumat sore selama bulan suci Ramadhan dengan tempat yang berpindah-pindah dan juga menerima kedarmawan dari siapa.pun.

Usai menjawab itu, dan diskusi ringan lainnya maka PR I menuju ke ruangnya dan saya masih mengikuti dari belakang menuju ke ruang Rektor. Tentulah dengan rasa penasaran  didampingi Ketua Mushola Assufah IAITF Dumai, Imam Fadli S.I.Kom. Walaupun saya sudah tahu, pak Rektor akan memberikan sorban. “Besok, abang beri sorban ye. Mau,” begitu janjinya saat perjalanan pulang yang melelahkan dari ceramah Isra Mikraj serta menyambut Ramadan dan  peresmian Masjid Al Falaq, Rantau Panjang Kanan, Kecamatan Kubu, Kabupaten Rokan Hilir, Rabu (23/3/2022) beberapa waktu lalu bersama Ketua Yayasan IAITF Dumai Dr HM Rizal Akbar M.Phil.

Atau, pemberian sorban ini juga bagian dari isyarat dari untuk terus menjaga semangat dalam berkarya, berkreativitas dan berinovasi diusia yang sama-sama tidak muda lagi.

Bergitu menerima sorban ini maka terlintas dipikir dulu saat masih sekolah mondok di MTS/MA YPPI Bengkalis selalu mengikuti dalam mendampingi guru saya Marhailas (Tokoh Muhamadiyah di Pulau Bengkalis’Red) kalau berceramah. Saya kebagian ceramah pembuka 15 hingga 20 menit pertama dan baru dilanjutkannya. Kadang kami ceramah hingga ke Bantan Air, Jangkang, Sebauk,  Meskom yang kalau zaman itu luar biasa jauhnya bila dibandingkan sekarang dengan jalan yang sudah bagus. Kemampuan bicara, orasi, berorganisasi dan pemahaman dalam beragama juga tidak lepas dari bimbingan dan pengajaran langsung ulama besar tanah Pulau Bengkalis, ayahnda Buya H Abdulah HM dan ayahnda Ustad Mill.

Baca Juga :  Selat Rupat dan Pulau Rupat Pesona Menunggu Keikhlasan dari Keberanian ( 1 )

Atau dalam beberapa kesempatan juga berceramah memberi santapan Ramadhan di Masjid hingga menjadi khotib saat Shalat Idul Fitri dan Shalat Idul Adha  Tapi sejak berkecimpung serius dunia jurnalistik sedari semister 5 hingga hampir 23 tahun  menjadikan profesi maka tertinggalkan. Tersebab memang diniatkan seperti itu, sedari awal . Dan saat itu berjanji pada diri akan kembali  saat umur sudah 40-an dan batas serius dengan segala jabatan karer, prestas serta gemerlapnya diprofesi jurnalistik hanya hingga umur 45 tahun. Kekuatan  dari komunikasi melalui niat selalu memberi alaram dalam memaknai kehidupan dengan terus berjalan sesuai kehendak, impian, harapan dan doa hingga mengantar ke dunia akademik. Semoga sorban ini memberi semangat baru dan bernilai munafaat. Dan terima kasih pak Rektor, Tuan Guru, Buya dan Kyai Dr H Ahmad Roza’i Akbar MH, sehat selalu dan barokah. ***

Penulis: Dawami S.Sos, M.I.Kom, Dosen IAITF Dumai, Jurnalis Senior Wartawan Utama, Pengiat Lingkar Pojok Literasi.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *