Takjil Berbuka

Advertisements

BUALNEWS.COM — Berburu takjil berbuka adalah sebuah tradisi dari pemandangan yang hanya ditemukan saat sore pada bulan Ramadhan. Ramai, sesak, macet dan bingung mau pilih kue, lauk pauk dan aneka minuman yang mana. Itulah, dirasakan! Dan nikmatnya bulan suci Ramadhan.

Puasa Ramadhan, tidak hanya nikmat dalam memperbanyak amal ibadah tapi juga nikmat untuk berinteraksi sosial. Tidak hanya bagi umat muslim, akan tetapi berburu takjil juga menjadi tradisi yang dapat dinikmati suasananya, juadahnya dan resamnya oleh seluruh umat dalam kerangka keragaman beragama dan kebhenikaan di indonesia.

Kamis (7/4/2022) sore, pukul 16.30 WIB, Kota Industri, Pelabuhan dan Jasa ini cerah. Dikatakan cerah, tidak hujan dan tidak pula terlalu trik mataharinya. Dua polisi dan satu orang pegawai Satpol PP dan satu orang pegawai Dishub hanya berdiri dan sesekali memerintahkan melalui isyarat tangannya kepada pengendara untuk terus berjalan dan jangan berhenti dipersimpangan.

Saya bersama sibungsu dan bundanya dengan memakai kendaraan sepedamotor, kami pun ikut keliling di Jalan Kesuma dan jalan Muslim, Kelurahan Jaya Mukti hingga ke Jalan Bangun Sari, Kelurahan Tanjung Palas, Kota Dumai. Kami pun bersama-sama larut dalam tradisi berburu takjil berbuka. Walaupun sudah memasuki puasa Ramadhan hari ke lima maka inilah hari pertama merasakan tradisi berburu takjil. Itupun disebabkan si bungsu, minta dibelikan ayam bakar Putra Semarang di Jalan Janur Kuning. Setelah itu, berhenti beli lima jus ada pokat, jeruk, jeli milo dan jeli saja. Ternyata tak cukup itu aja, bundanya membeli ikan bakar dua potong, gulai ubi, goreng-gorengan dan kurma. Jam dihandphone pun sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB, kamipun bergegas pulang.

Baca Juga :  Peradaban itu Bernama Selat Bengkalis

Itulah, tradisi berburu takjil berbuka. Bolehlah, sesekali menikmati sisi lain dari ibadah Ramadhan dalam buhul interaksi sosial keindonesiaan. Asalkan tidak berlebih-lebihan dan diniatkan juga buat menyemangati anak untuk terus berpuasa, shalat berjamaah di masjid, tadarus Alquran dan berterawih di malam harinya.

Apalagi di pasar Ramadhan, semuanya enak, lezat dan membuat bongkas hasrat dan terbayangkan untuk merasakan bahagianya penantian saat berbuka. Dan terbayanglah, dimana saat masih kecil di Kampung Bukit Batu. Kalau siang hari, semuanya mau di makan, dikumpulkan dan semuanya enak.

Bahagianyaa, akan semangkin terasa saat beduk di Masjid Arrosyidin Bukit Batu sudah dibunyikan. Walaupun, tinggal dikampung dan tak kenal dengan pasar Ramadhan atau tradisi berburu takjil berbuka tapi selalu bersemangat menyambut detik-detik berpuasa. Sebab mak, sudah menyiapkan juadah berbuka yang lezat dan menjadi bermacam-macam jenis menunya disebabkan tradisi saling berbagi kue dan makanan. Itu juga menjadi keberkahan dari kekuatan kehidupan sosial dari bertetangga dan dianjurkan oleh agama.

Malah terkadang, teringat juga saat masih kecil pergi belanja ke Kedai Cupik, kedai milik orang Tionghuo pada saat sore menjelang disuruh membeli es balok atau es ikan. Selalu ditanya puasa, kalau dijawab puasa maka selalu diberi oleh-oleh pulangnya. Walaupun cuma gula-gula satu buah atau makanan ringan cekedi satu bungkus atau lemon sparela 1 botol kalau sudah puasa bisa diatas 15 hari. Begitulah, semangat keberagaman terwariskan di kampung kami.

Pasar Ramadhan dan berburu takjil memang tak dikenal zaman itu. Yaitu tahun 70an dan 80an, tapi kalau sekarang jangan dicakap lagi. Tak hanya pasar Ramadhan, pasar online yang siap ngantar makanan hingga ke ruang makan sudah ada. Apalagi musibah pandemi Covid 19 dimulai sejak 2019-2021 menganas dan di tahun 2022 sudah agak mereda dengan penerapan Prokes yang ketat dan vaksin hingga boster. Barokahnya, perputaran roda ekonomi masyarakat sudah mulai normal. Walaupun, disisi lain minyak goreng langka dan pertalite naik. Bagi petani sawit, Ramadhan 1443 hijrah juga menjadi berkah dengan harga sawit perkilo bisa mencapai diatas tiga ribu. Yang jelas Allah SWT telah kabulkan doa.kita mulai dari bulan Syakban dan bulan Rajab untuk dipertemukan bulan Ramadhan 1443 Hijrah tahun ini. ***

Baca Juga :  Pulau Rupat Mutiara Peradaban Selat Melaka

Penulis: Dawami S.Sos M.I.Kom, Dosen IAITF Dumai, Pegiat Lingkar Pojok Literasi, Tafidu TV, Tafidu FM radio Jaringan Garden Internasional, Editor Tafidu Jurnal, Jurnalis Senior Wartawan Utama.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *