BUALNEWS.COM — Terik panas matahari sore, Ahad (18/07 2021) pukul 15.00 WIB, rupanya tidak mengeringkan jalan masuk menuju Kampung Sri Pulau, Kelurahan Tanjung Palas, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai.
Berlubang, licin dan pandai-pandai mencari jalan yang kering sepertinya sudah menjadi hal biasa bagi warga saat melintasinya. Itulah kesan ditangkap, melihat kondisi jalan penghubung tidak kurang dari 3 Km rusak dan perlu sentuhan serius pembangunan dari hujan tadi pagi.
Bagi masyarakat di kampung berjumlah lebih kurang 80 Kepala Keluarga (KK) hidup dengan penuh rasa damai, harmonis, aman dan asri tapi “terbungkus” ditengah-tengah rimbunan hutan kebun sawit, sepertinya sudah biasa. Tapi bagi saya dan rombongan yang baru dua kali ke kampung ini menjadi luar biasa. Apalagi kalau membayangkan bagaimana warga melintasi jalan penghubung desa saat malam tiba dan pas pula lagi musim penghujan.
Pasalnya, kondisi jalan lebih kurang 3 km rusak dan ditotal lebih kurang kira-kira 5 km dalam kondisi sunyi dan ditemani pohon- pohon sawit yang tinggi menjulang. Belum lagi, semak-semak samun kebun yang tidak merata perawatannya membuat ada rasa ‘gerun’ juga.
Kalau pun Kampung Sri Pulau disebut kampung ‘terbungkus’ dalam istilah saya dan rombongan dengan pertimbangan. Tidak lain adalah kampung ini dihuni 90% masyarakatnya Jawa dan memang berada ditengah-tengah hutan sawit dan tinggal disini sudah puluhan tahun yang lalu.
Soal akses masuk ke kampung ini maka jalan paling dekat lebih kurang 30 menit atau kurang melalui samping Masjid As-Salam, Kelurahan Bagan Besar, Kecamatan Bukit Kapur.
Pertanyaanya, apakah tidak ada jalan lain? Ada, yaitu melalui Jalan Batu Bintang atau jalan setapak belakang Bandara Pinang Kampai. Tapi jalan samping Masjid As-Salam tetap menjadi jalan utama dan dekat untuk dilewati menuju kampung.
Masih banyak hal menarik dari Kampung Sri Pulau, RT 12 Kelurahan Tanjung Palas, Kecamatan Dumai Timur ini. Selain sisi kehidupan beragama, hidup rukun, terjaganya dengan baik sikap gotong royong dan nilai-nilai kehidupan Pancasila. Pesona alam lingkungan membuat rasa cinta dan segarnya udara kampung benar-benar terasa bisa menjadi eksotis sebagai wisata alam semula jadi.
Saat saya, Dawami S.Sos M.I.Kom selaku dosen pembimbing KKN Kampung Sri Pulau mendampingi Ketua LP2M IAITF Dumai DR HM Rizal Akbar M.Phil, Sekretaris LP2M Farid S.Sy dan Zikri Fahmi S.PI melakukan peninjauan langsung di Posko KKN. Terlihat anak-anak kami ada Amel, Cahaya, Anisa, Danti, Robi, Mellini, Bagus, Putra, Desri dan Anto mereka menikmati betul kegiatan proses pengabdian bermasyarakat selama KKNnya.
Saat kegiatan Sidak berlangsung, anak-anak lagi sibuk membantu mbah uti, begitu panggilan mereka pada mbah tempat mereka tinggal selama KKN membuat ketupat dan mengoreng peyek. Saya dan rombongan, selain disugguhi peyek, rambutan, kopi dan teh es, juga menyempatkan diri mengajar dan belajar membuat ketupat dari bermacam bentuk.
Sedap bersembang dan mendengar cerita mereka maka waktu Sholat Asyar pun tiba. Kami pun sholat berjamaah di Masjid Nurul Amal yang menjadi masjid satu-satunya di kampung ini. Tempatnya, persis didepan rumah mbah uti yang anaknya adalah alumni IAITF tahun-tahunnya Om Farid. Dari usai sholat berjamaah ini, muncul usulan rencana pembuatan jam waktu sholat, jadwal sholat sepanjang masa dan paling penting usulan pak ketua LP2M yang juga ketua Yayasan TF untuk mencari solusi mengantikan mimbar masjid yang lebih bagus.
“Paling tidak ini bisa jadi kenang-kenangan dari IAITF Dumai untuk Kampung Sri Pulau. Dimana, anak-anak kita KKN IAITF Dumai pernah hadir dan memberikan moderasi dalam beragama,” ungkapnya.
Usai memberikan pengarahan dan masukan terkait apa yang harus dilakukan sehingga bernilai manfaat lebih bagi masyarakat Kampung Sri Pulau maka kami pun melanjutkan perjalanan menuju Posko KKN IAITF Dumai di Kelurahan Gurun Panjang, Kecamatan Bukit Kapur.
Tiba dilokasi KKN Kelurahan Gurun Panjang sekitar pukul 17.00 WIB dan anak-anak KKN sedang melaksanakan kegiatan senam bersama ibu-ibu di Kantor Kelurahan Gurun Panjang. Kehadiran kami di Kantor Kelurahan Gurun Panjnag tempat dimana dijadikan pusat latihan senam sempat mencuri perhatian dan disambut suka cita anak-anak. Kemudian diabadikan dengan foto bersama. Karena sudah sore, kami pun pamit untuk pulang. Dan sesampai di Simpang Murini, kami pun berhenti untuk menikmati kopi gula aren dingin yang kata Om Farid juga alumni IAITF Dumai dengan nama kedai sangat menarik ‘Bariklana’. Tak percaya, boleh coba dan mampir ngopi disana, enak juga mie sagunya. Tahun ini, ada pengalaman baru dimana anak-anak kami mahasiswa IAITF Dumai juge beraye ditempat lokasi KKNnya. “SELAMAT BERAYE IDUL ADHA” ***
*DAWAMI S.SOS, M.I.KOM, Dosen IAITF Dumai, Jurnalis Senior, Pegiat Lingkar Literasi Tafidu dan Konsultan Komunikasi Politik.