Dari Ledakan Kilang Pertamina: Sebuah Catatan Warga

Advertisements

BUALNEWS.COM — Ledakan malam itu, berbeza dari insiden kilang Pertamina tahun-tahun sebelumnya. Sabtu (2/04 2023) atau bertepatan dengan puasa ke 10 di bulan Ramadhan atau tepatnya pukul 21.45 Wib disaat sebagian warga khususnya yang berada dilingkungan Kilang Pertamina Putri Tujuh Dumai lagi mau istirahat dan sebagian lagi sudah tidur dikejutkan dengan bunyi ledakan sangat kuat.

Kejadian ledakan hanya berlangsung sekali dalam hitungan detik saja, tapi full bunyinya sehingga menimbulkan getaran sangat kuat. Pada awalnya, sebagian menduga bunyi mercon tapi terbantahkan. Sebab puasa baru memasuki hari ke 10. Biasanya bunyi mercon dan sejenisnya  baru ramai ketika memasuki hari ke 15 atau 20 dan sampai menyambut Ramadhan.

Sebagian lain menduga, kucing berkelahi atau ada orang yang lewat diatas atap. Sebab, bunyi yang terasa adalah atap seng rumah berbunyi kuat dan bergetar. Semua praduga itu salah yang benar adalah telah terjadi ledakan di kilang Pertamina Dumai disebabkan sesuai keterangan Kapolda Riau Irjen Pol Mohammad Iqbal, mengungkap kilang minyak Pertamin diduga lantaran kebocoran pipa hidrogen di area pipa Suction Discharge Area. Hal ini menyebabkan flash serta terbakarnya Hydrocracker Unit (HCU).

Dugaan penyebab kebakaran ini setelah pihak Polda meminta penjelasan dalam rapat bersama dengan sejumlah petinggi PT Pertamina, pejabat utama Polda Riau, Walikota Dumai, Dandim 0320/Dumai dan Kapolres Dumai.

Dari kejadian tersebut, beberapa karyawan yang bertugas pada malam naas itu mengalami cendera.

Saya yang tinggal  di Kelurahan Tanjung Palas, Jalan Tanjung Sari, Gg Mandiri atau lebih kurang cuma beberapa kilo meter dari sumber ledakan pada malam itu warga Tanjang Palas, Jaya Mukti, Teluk Binjai, Mundam, Dumai Kota semua keluar rumah atas kejadian tersebut.  Malah sebagian lagi, berkumpul ramai dengan membawa sepedamotor pergi mencari tahu di pintu masuk kilang di Jalan Putri Tujuh, Dumai.  Sempat terjadi aksi meminta keterangan resmi dari Pertamina, terkait apa sebenarnya terjadi malam itu. Baru kenudian pihak Pertamina mengeluarkan keterangan resmi atas apa yang terjadi.

Baca Juga :  Likuran dan Tradisi Lampu Colok

Malam itu, hingga subuh harinya seluruh warga masih terus waspada takut-takut ada kejadian susulan. Malah ada sebagian warga juga bersiap-siap dengan segala kemungkinan untuk mengungsi ketempat yang lebih aman. Tapi alhamdulilah, ledakan itu cukup satu kali saja.

Malam itu, mencekam. Itulah yang bisa digambarkan. Dan memang kejadian kali ini berbeza dari sebelumnya.

Mengutip jejak digital atau tepatnya Kanal Bisnis Liputan6.com, kebakaran di kilang minyak Pertamina Dumai bukan yang pertama terjadi. Sebelumnya, kilang minyak Putri Tujuh juga alami kebakaran hebat pada Minggu, 16 Februari 2014 sekitar pukul 21.45 WIB yang diduga akibat pipa bocor. Kebocoran itu diduga sebabkan bunyi ledakan dan semburan api di heater 211 kilang minyak.

Dimana kalau sebelumnya, cukuo api obor yang membesar atau bunyi mesin di kilang yang berbunyi kuat. Tapi tidak ada ledakan . Kali ini, ada ledakan diikuti dengan mengecilnya api obor beberapa saat. Bagi, warga sekitar kilang api besar, api kecil atau api tak hidup sama sekali adalah bahagian yang juga bisa menjadi petanda bahwa ada masalah di kilang.

Lalu, bagaimana standar api-api obor menyala dan standar bunyi mesin pun tahu. Apakah kilang dalam keadan stabil, aman atau lagi ada gangguan. Begitulah, persebatiannya dibatasi pengamanan tembok batu bercor kuat, tumbuhan bambu dan pohon cemara buat mengatasi pencemaran udara dan bunyi. Kemudian dibatasi parit berukuran 2 meter. Sejak ditanam bambu dipinggir pagar, buktinya bunyi tidak terlalu menganggu. Dari kejadian itu, sebagian rumah mengalami retak-retak dan beberapa kaca masjid pecah berserakan dan semuanya dengan tanggungjawab diperhatian oleh Pertamina. 

Bicara mengenai kilang minyak Putri Tujuh Dumai ini, berbagai produk bahan bakar minyak (BBM) dan Non BBM telah dihasilkan dari kilang tersebut dan Sungai Pakning. Dari kilang minyak tersebut telah didistribusikan ke berbagai pelosok tanah air dan manca negara.

Baca Juga :  Kesabaran Itu

Mengutip dari laman unikom.ac.id, pembangunan kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai ini dilakukan mulai 20 April 1969. Saat itu, pembangunan ini kerja sama antara Pertamina dengan Far East Sumitomo Sloye Kaisha, kontraktor asal Jepang. Kilang tersebut dikukuhkan dalam surat keputusan direktur utama PT Pertamina (Persero) Nomo r 334/Kps/DM/1967.

Untuk pelaksanaan teknis pembangunan dilaksanakan oleh kontraktor asing yaitu Ishikawajima-Harima Heavy Industries (IHHI) untuk melakukan pekerjaan konstruksi pembuatan jilang crude destilatiopn unit (CDU) dan fasilitas penunjang pembangkit utama atau utilities. Sedangkan Taesei construction co melakukan pekerjaan konstruksi pembuatan fasilitas penunjang konstruksi kilang.

Untuk unit pertama yang didirikan yaitu crude distillation unit (CDU/100) yang selesai pada Juni 1971. Unit ini dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Sumatera Light Crude (SLC) berkapasitas 100 ribu barel per hari.

Selanjutnya pada 14 Agustus 1971, kilang tersebut menjalani uji coba. Pada 9 September 1971, Presiden Soeharto meresmikan kilang minyak yang bernama Kilang Putri Tujuh.

Saat itu, produk yang dihasilkan dari kilang ini antara lain naphta, kerosene, solar/automotive diesel oil (ADO), bottom product berupa 55 persen  volume low sulphur wax residu (LSWR) untuk diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat (AS).

Seiring perkembangan ekonomi dalam negeri dan kebutuhan BBM makin tinggi, pemerintah pun membangun kilang baru yang berfungsi mengolah LSWR menjadi bahan bakar siap pakai. Kilang baru ini diberi nama hydrocracker unit.

Perluasan kilang pun dilakukan pada 2 April 1980 dengan ditandatanganinya persetujuan perjanjian kerja sama antara Pertamina dengan Universal Oil Product (UOP) dari Amerika Serikat dengan kontraktor utama technidas reunidas centunion dari Spanyol berdasarkan lisensi proses dari UOP.

Adapun produk pertamina RU II yang dihasilkan dan dinikmati masyarakat antara lain: BBM dan BBK. Terdiri dari 6 jenis produksi yangbdihasilkan antara lain Aviation Turbine Fuel, minyak bakar, minyak Diesel, minyak Solar, minyak Tanah dan Non BBM. Kemudian terdiri dari tiga jenis produksi yang dihasilkan antara lain yaitu solvent, green Coke dan  liquid Petroleum Gas (LPG). ****

Baca Juga :  Kilang Pertamina Dumai Meledak, Lima Pekerja Alami Luka, Diduga Akibat Kebocoran H2, Stok BBM Normal

Penulis : Dawami, Jurnalis Senior Wartawan Utama

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *