Filosopi Durian

Advertisements

BUALNEWS.COM — Bayangan sederhana pada buah tahunan yang satu ini adalah berduri, beraroma harum menyedapkan bagi yang suka dan menyakitkan kepala bagi yang tidak suka.

Irulah buah durian, tumbuhan tropis berasal dari Asia Tenggara dengan sebutan populernya raja dari segala buah atau king of fruit. Walau bukan spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari marga Durio atau Durio zibethinus.

Bayangan lain adalah berbahaya kalau dibawah pohonnya tapi hingga saat ini belum ada orang mati tertimpa durian atau karena durinya. Diameter pohonnya besar hingga mencapai 3 meter dan pohonnya menjulang tinggi dengan umur belasan hingga puluhan tahun.

Itulah yang dipikirkan hari ini, Jumat (24/6/2022) sekira pukul 10.00 WIB, berada dibawa pohon durian di Desa Berancah, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau bersama rombongan PWI Provinsi Riau yang sukses mengelar Konferensi Provinsi XV PWI Riau, Jumat 23 Juni 2022 hingga pukul 03.30 WIB hari Sabtu, dengan PWI Bengkalis sebagai tuan rumah. Pilihan merayakan kebersamaan dan kemenangan di bawah pohon durian juga menjadi yang sangat eksotis dan kawan-kawan juga sangat semangat dengan segala ekspresi lepasnya.

Bagi diriKu hanya terbanyangkan anugerah dari kuasa Allah SWT menjadikan buah secara kasat mata sangat menakutkan, mengerikan, berbahaya tapi dibalik itu Allah Swt jadikan juga baunya yang harum semerbak maka ambillah pelajaran dari filosopi durian ini dalam kehidupan kita sebagai manusia. Belum lagi buah durian tidak akan gugur sebelum buahnya benar-benar masak atau matang sehingga memberi manfaat kepada mahluk ciptaan Allah SWT yang lain. Dan termasuk kita sebagai manusia dan hewan.

Baca Juga :  Tim DPD RI Rizal Akbar Sampaikan Keganjilan Angka Perolehan DPD di Sistem KPU kepada Ketua Bawaslu Riau

Selain itu, tidak ada pohon durian bisa berbuah diunur setahun atau lima tahun atau selebihnya. Paling-paling durian mulai maksimal memberi buah saat unur diatas 10 atau 20 tahun .Oleh sebab itu, bapak dan mak kita atau atuk, nenek atau onyang atau mbah kita tidak pernah berpikir kalau apa yang ditanamnya hanya akan dinikmati atau dimakannya buat dirinya sendiri. Pastilah nilai manfaat dan sedekah jariah.

Kalau pun hari ini ada teknologi pertanian mempercepat buah. Apakah melalui dicangkok, distek atau ada cara baru lainnya. Tapi tetap saja tak sebagus hasil dari tunas buah. Pasalnya, kekuatan akar dan kekokohan batang ditanaam melalui bijik dan hasil serta kualitas panen lebih menjanjikan.

Nilai filosopinya adalah selalu memberi manfaat. Oleh sebab itu, dalam realitas hidup kita akan jumpa dengan manusia yang pada dirinya menjelma filosofi durian tampilannya mengerikan atau biasa-biasa saja tapi justru dalamnya baik berhati emas. Itulah, Bilal bin Rabbah. Meskipun tampangnya berkulit hitam, tapi amalannya harum. Perbuatannya mulia. Dan suaranya merdu, keras dan bagi pendengar jadi sendu.

Lewat tampilan durian ini, Allah ingin mengajarkan kepada kita, tidak boleh terjebak pada tampilan lahir. Boleh saja tampilan lahirnya manis, tapi dalamnya justru pahit. Aroma durian yang semerbak, menunjukkan bahwa manusia yang harum adalah manusia yang sudah diikat oleh Allah lewat Al-Quran dengan ikatan yang proporsional sesuai tabiat dan karakter manusia dalam buhul komunikasi ilahiah pada rabbnya..

Isinya manis dan wangi. Manis dan wangi bagi manusia meski tak diinginkan, lama-lama akan tercium. Tersebab perbuatan dan amaliahnya yang tulus tanpa tujuan yang menyimpang. Ia benar-benar hanya semata-mata dorongan iman. Bukan karena dorongan ingin dipuja dan dipuji, tetapi karena itu keharusan dorongan iman sehingga saat imannya manis dan perbuatannya menjadi harum semerbak, sampai kemudian mengundang manusia ingin bergabung dan berguru kepadanya.

Baca Juga :  Danau Biru Kampung Sri Pulau : Dulu Galian C, Kini Cantik Dipandang

Tak jarang kita banyak menemukan para ulama yang imannya manis, perbuatannya harum, kreativitas akademiknya luar biasa, banyak dikunjungi orang-orang. Ibaratnya, imannya yang manis itu, gaya magnet yang menarik benda-benda untuk selalu menempel pada dirinya. Ketika menempel, maka akan merasakan ketenangan seperti bau harum yang menusuk hidung. Dan melalui bau harum dan rasa manis inilah durian bisa terus ditumbuh disebarkan oleh mahluk lainya baik hewan dan apalagi manusia. Subhanallah ***

Penulis: Dawami S.Sos M.I.Kom, Pegiat Lingkar Pojok Literaai, Dosen IAITF Dumai, Konsultan Komunikasi Politik, Media, PR dan Pemerintahan.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *