Dumai, BUALNEWS.COM — Institut Agama Islam Tafaquh Fiddin (IAITF) Dumai, Selasa (17/9/2024) menggelar kuliah umum dan kegiatan visiting lecturer untuk semester ganjil tahun akademik 2024/2025. Tema kuliah umum kali ini adalah “Syekh Syamsuddin As Sumatrani, Ulama Tasawuf Pesisir Selat Melaka” dengan kajian khusus dari kitab Tasawuf At-Tufah Al-Mursalah. Acara ini menjadi forum akademik penting yang mempertemukan mahasiswa dan dosen dari berbagai kampus, termasuk UNUSIA Jakarta dan UiTM Melaka.
Kuliah umum ini dibuka dengan sambutan oleh Ketua Yayasan Tafaqquh Fiddin Dumai, Dr. H. M. Rizal Akbar, S.Si., M.Phil. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya menggali lebih dalam pemikiran ulama tasawuf nusantara seperti Syekh Syamsuddin As Sumatrani, yang tidak hanya berpengaruh di kawasan Selat Melaka, tetapi juga memiliki peran signifikan dalam penyebaran ajaran tasawuf di dunia Melayu.
“Pemikiran Syekh Syamsuddin As Sumatrani tidak hanya tentang spiritualitas, tetapi juga tentang membangun peradaban yang kokoh di sepanjang pesisir nusantara,” ujar Dr. Rizal Akbar.
Kuliah umum ini menghadirkan narasumber utama Dr KH. Ali M. Abdillah, M.A., Ketua Program Studi Pascasarjana UNUSIA Jakarta, yang merupakan salah satu pakar dalam kajian tasawuf dan pemikiran Islam klasik. Dalam paparannya, Dr. Ali Abdillah menjelaskan bagaimana Syekh Syamsuddin As Sumatrani, melalui karyanya At-Tufah Al-Mursalah, menggabungkan ajaran-ajaran tasawuf dengan konteks budaya dan sosial masyarakat pesisir. Kajian ini sangat relevan untuk memahami bagaimana ajaran Islam diadaptasi dengan tradisi lokal di wilayah Selat Melaka.
Kuliah umum ini dipandu oleh Dawami, S.Sos., M.Ikom, yang bertindak sebagai moderator. Diskusi berlangsung interaktif dengan partisipasi aktif dari mahasiswa IAITF Dumai, UNUSIA Jakarta, dan UiTM Melaka yang turut hadir dalam forum ini.
Dengan diadakannya kegiatan ini, IAITF Dumai berharap dapat terus membangun jejaring akademik lintas kampus, serta memperdalam kajian-kajian tentang pemikiran ulama-ulama nusantara yang sering kali kurang dikenal, namun memiliki kontribusi besar dalam sejarah intelektual Islam di kawasan ini. ***
editor: Wadami