Siti Aisyah Binti Abu Bakar As-shidiq : Kecintaan pada Rasullah SAW, Melebihi Segalanya

Advertisements

SITI AISYAH binti Abu Bakar Ashidiq bukanlah satu dari banyak umat manusia yang sangat mencintai Rasullah, Nabi Besar Muhammad SAW.

Tapi Siti Aisyah binti Abu Bakar Ashidiq adalah sosok istri istimewa dengan kelebihan dan kekurangan dimilikinya  membuat Rasullah sangat sayang kepadanya, setelah kepergian Ummul Mukminin, Khadijah binti Khuwalid.

Berbekal muda, cerdas dan anaknya sahabat Rasullah SAW dari orang tua penuh kebijaksanaan. Apalagi bekal menjunjung tinggi kejujuran dan meyakini sepenuh hatinya dimana apa pun yang disampaikan Rasulullah adalah benar. Hingga gelar Asshidiq melekat kepadanya maka  Siti Aisyah tentulah sangat beruntung.

Keberuntungan inilah yang diceritakan dan disampaikan Ustad Filusman Lc, Ketua Persatuan Mubalig Kabupaten Bengkalis dalam peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Mushollah As Shufah Kampus IAITF Dumai. Kegiatan di gelar Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin ( IAITF) Dumai bersama Alumni PKL IV GP Ansor Riau dari IAITF Dumai, Ikatan Santri Tafaqquh Fiddin (ISTF), Cipsf IAITF Dumai, PMII Kota Dumai, Kamis (21/10 2021) malam pukul 20.00 WIB, nenjadi perekat ilmu tentang hikmah dari sejarah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Sebelum menceritakan keberuntungan Siti Aisyah dihadapan Rasullah maka yang harus diingat. Bahwa Rabiul Awal, yang selama ini lebih kita kenal dan diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, tapi kita juga harus ingat bahwa 12 Rabiul Awal juga merupakan hari wafatnya Rasulluah SAW, tepatnya diperkirakan sekitar pukul 09.00 WIB.

Nabi Muhammad lahir di Mekkah hari Senin 570. Nabi Muhammad wafat di Madinah pada usia 63 tahun di hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 H atau 8 Juni 632 M.

Baca Juga :  Keabsahan Akad dalam Hukum Islam: Fondasi Etika dan Prinsip-prinsip Syari’ah

Disinilah, Siti Asiyah menyampaikan bahwa dirinya beruntung. Pertama, nabi wafat saat berada di rumahnya. Kedua, Nabi wafat saat berada dipangkuannya. Ketiga, sebelum wafat maka air liurnya dan air kiur nabi menyatu satu.

Untuk yang ketiga ini dengan suatu cerita dari Siti Aisyah dimana sebelum wafat nabi nampak siwa dibawa oleh saudaranya Abdullah. Lalu, Aisyah bertanya kepada nabi. Apakah ia ingin bersiwa. Lalu, nabi menganggukan kepala tanda ia. Kemudian, Aisyah memberikan Siwa kepada nabi dan ternyata siwanya keras. Sehingga, Siti Aisyah.menawarkan untuk mengigit siwa yang sebelumnya digigit nabi untuk memperhaluskannya. Setelah digigit dan siwanya halus maka diserahkan ke Rasullah SAW hingga tidak berselang lama. Kekasih Allah SWT ini pun menghebuskan nafasnya yang terakhir.

Siti Aisyah juga menceritakan sebagaimana Dirasakan Rasullah SWT pada saat wafat. Meninggal dunia itu merupakab sakit tak terbayangkan sakitnya.

Lalu, terbesit di hati Siti Aisyah kena Rasullah SAW juga meraskan sakit yang tak terkirakan hingga nabi sempat meminta air dan air itu dimasukan dalam mangkok digunakan untuk mencelup kedua tanggannya untuk diusap ke muka. Dan ini juga merupakan mengusap muka dengar air yang terakhir dilakukan oleh Rasulluh SAW.

Pada hal i ia adalah seorang nabi dan rasul kekasih Allah SWT. Dahsayatnya sakit berpisahnya nyawa dan badan maka tidak akan tertahankan. Oleh sebab itu, nabi.bermohon kepada Allah SWT. Biarlah sebagian dari rasa sakit ini ditanggungnya.

Ustad Filusman Lc juga menutup dengan  bahwa sebagaimana nabi dan rasull lainnya maka dimana tempat ia meninggal maka disitulah dijadikan tempat makamnya. Nabi besar Muhammad SAW meninggal di rumah Siti Aisyah maka disinilah ia dikebumikan. Moga kecintaan kita pada Rasullah SAW melebihi dari segalanya dan marilah memperbanyak shalawat kepadanya. ***

Baca Juga :  Positif Covid-19, Ini Penjelasan Ashanty Terkait Kondisinya

Penulis: Dawami S.Sos M.I.Kom, Dosen IAITF Dumai

You May Also Like

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *