
Jakarta, BUALNEWS.COM — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan masyarakat agar bersiap menghadapi musim kemarau yang mulai melanda sejumlah wilayah Indonesia pada Mei 2025. Cuaca panas ekstrem dan minimnya curah hujan menjadi tanda awal perubahan musim yang terjadi secara bertahap sejak April hingga Juni.
Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyampaikan bahwa wilayah-wilayah yang mulai memasuki musim kemarau pada Mei antara lain sebagian kecil Sumatera, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, serta Papua bagian selatan.
“Panas menyengat akan terasa terutama pada siang hari, karena saat ini Indonesia sedang dalam masa peralihan musim (pancaroba) yang ditandai dengan terik di pagi hingga siang hari dan hujan lebat di sore hingga malam,” jelas Dwikorita.
BMKG juga mencatat suhu maksimum yang cukup tinggi dalam sepekan terakhir. Stasiun Meteorologi Juanda, Jawa Timur, mencatat suhu tertinggi sebesar 37,9°C, disusul Tanah Merah, Papua Selatan, dengan suhu 37°C, serta Tangerang Selatan mencapai 35,4°C.
Langit Cerah, Angin Lemah, Panas Maksimal
Menurut analisis BMKG, suhu panas ini diperparah oleh langit yang cerah tanpa banyak awan, serta kecepatan angin yang rendah, menyebabkan akumulasi panas di permukaan bumi meningkat. Posisi semu Matahari yang berada di dekat ekuator turut memperkuat penyinaran di wilayah Indonesia.
Meski begitu, kemarau tahun ini diprediksi lebih bersifat normal, tidak sekering tahun 2023 yang sempat memicu banyak kebakaran hutan. BMKG menyebutkan bahwa fenomena iklim global seperti El Niño, La Niña, dan Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini berada dalam fase netral, sehingga tidak berdampak signifikan pada musim kemarau tahun ini.
Awal Musim Kemarau: Normal, Mundur, atau Maju?
BMKG membagi zona musim (ZOM) berdasarkan perbandingan dengan rata-rata klimatologi 1991–2020:
30% wilayah memasuki kemarau sesuai waktu normal
29% wilayah mengalami keterlambatan
22% wilayah lebih cepat dari biasanya
Wilayah yang memasuki musim kemarau sesuai normalnya meliputi Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan sebagian Maluku.
Sementara itu, wilayah yang mengalami keterlambatan musim kemarau antara lain Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan Papua.
Puncak Kemarau Juni hingga Agustus
Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, memprediksi bahwa puncak musim kemarau 2025 akan berlangsung pada bulan Juni hingga Agustus. Meskipun demikian, potensi hujan tetap ada di wilayah-wilayah yang mengalami kemarau bersifat atas normal atau lebih basah dari biasanya.
“Dengan tidak adanya dominasi dari fenomena iklim global, musim kemarau tahun ini diprediksi akan berlangsung normal dan lebih terkendali,” pungkas Ardhasena. ***
Editor: Wadami