Strategi Mengubah Tesis Menjadi Buku, Langsung Bisa Terbit!

Advertisements

BUALNEWS.COM — Kamu ingin mengubah tesis menjadi buku namun bingung bagaimana cara dan bagaimana memulainya? Maka bisa menyimak informasi yang akan dipaparkan disini. Jadi, tesis selama ini diketahui sebagai tugas akhir untuk mahasiswa di jenjang Magister atau S2 di Indonesia.

Menariknya, banyak sumber menyebutkan bahwa tesis yang telah disusun dan dipresentasikan perlu dibukukan? Kira-kira, benarkah tesis ini perlu dibukukan? Jika iya, bagaimana cara memulainya? Mengapa Perlu Mengubah Tesis Menjadi buku?

Sebelum membahas mengenai mengubah tesis menjadi buku maka perlu memahami dulu apa itu tesis dan mengapa perlu mengubahnya ke dalam bentuk buku. Jadi, di Indonesia tesis dikenal sebagai bentuk tugas akhir atau final project berbentuk karya ilmiah untuk memenuhi syarat kelulusan dari jenjang S2 atau Magister.

Mengapa dikatakan di Indonesia? Sebab sebutan untuk tugas akhir mahasiswa S3 (doktor/PhD) di sejumlah negara bisa disebut tesis dan bisa disebut disertasi. Hal ini bergantung pada sistem pendidikan yang diterapkan di pendidikan tinggi negara-negara tersebut.

Secara umum sistem pendidikan tinggi di sejumlah negara ada tiga jenis, yaitu: Full by Research, Mixed dan juga By Course.

Jika negara tersebut menerapkan sistem Full by Research di pendidikan tinggi, maka tugas akhir mahasiswa S3 disebut tesis. Sebaliknya, jika memakai sistem lain maka akan disebut disertasi sebagaimana yang diterapkan di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia menggunakan kurikulum yang belum menerapkan tiga sistem di atas.

Tesis sendiri akan berbeda dengan disertasi, sebab untuk disertasi diwajibkan ada unsur kebaruan atau novelty. Pada tesis sendiri tidak wajib, dan memang tidak berbeda jauh dengan skripsi namun lebih detail sedikit. Penyusunannya tesis sama sulitnya dengan skripsi dan disertasi, namun jika sudah fokus dan punya motivasi.

Maka prosesnya akan terasa lebih mudah, dan diharapkan setiap mahasiswa mengejar proses tercepat. Mengapa? Sebab bisa langsung ke tahap selanjutnya, entah ke tahap wisuda agar bisa segera mengaplikasikan ilmu dan ijazah yang telah diterima. Maupun segera mengubah tesis menjadi buku.

Pada dasarnya mengubah tesis yang telah disusun dan selesai diuji oleh dosen penguji ke dalam buku tidaklah wajib. Namun ada sejumlah alasan yang membuat tindakan ini tepat untuk dilakukan. Diantaranya adalah:

1. Menambah Kum
Alasan pertama kenapa mengubah tesis menjadi buku perlu dilakukan oleh penulisnya adalah untuk menambah kum. Kum atau angka kredit dosen tentu perlu dikejar oleh para pemilik profesi dosen. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesempatan meraih jabatan fungsional atau jabatan akademik.

Hasil penelitian dalam bentuk tesis sangat tepat untuk dibukukan, supaya tidak hanya dinilai sebagai tesis saja. Melainkan juga sebagai publikasi buku hasil penelitian yang bisa meningkatkan jumlah angka kredit dosen.

Jadi, untuk semua dosen yang sudah aktif mengajar sejak lulus S1 kemudian melanjutkan S2. Maka tesis maupun skripsi yang telah disusun bisa dikonversi menjadi buku. Sehingga memiliki dua buku hasil penelitian yang membantu meningkatkan angka kredit dosen.

2. Memaksimalkan Manfaat Tesis yang Telah Disusun
Tesis yang sudah disusun susah payah pada dasarnya merupakan pencapaian akademik. Ada proses panjang dan melelahkan dalam melakukan penelitian, mengumpulkan data, mencari rujukan, dan sebagainya. Hingga pada akhirnya tesis ini diuji dan kemudian bisa lulus dari jenjang S2.

Baca Juga :  Anies Undang Nidji, Dinilai 'Pukul Balik' Giring dan PSI

Setelah selesai diuji, maka tesis kemudian dijilid dan di arsip di perpustakaan kampus maupun di arsip secara pribadi. Setelahnya bagaimana? Kebanyakan tesis yang dijilid akan dibiarkan begitu saja, di sudut rak buku dan kemudian berdebu. Padahal isinya sendiri bermanfaat besar.

Maka perlu mengubah tesis menjadi buku untuk kemudian dipublikasikan dengan bantuan penerbit. Supaya isi atau manfaat dari tesis tersebut kemudian bisa dimanfaatkan oleh orang banyak. Yakni masyarakat yang membacanya.

3. Membuat Tesis Punya Nilai Ekonomi
Tesis tanpa dipublikasikan maka akan bermanfaat untuk kalangan terbatas, selain itu hanya bermanfaat bagi penulis untuk mendapatkan ijazah dan gelar pendidikan di jenjang S2. Namun, ketika dibukukan dan kemudian diterbitkan secara luas maka manfaatnya pun ikut meluas hingga ke banyak kalangan.

Setiap buku hasil konversi tesis yang laku terjual akan memiliki nilai ekonomi. Sebab hasil penjualan buku, sekian persennya akan diberikan kepada penulis. Selain itu masih ada royalti sekian persen dari total buku yang laku terjual. Nilainya disesuaikan dengan perjanjian di awal bersama penerbit.

Sehingga dengan mengubah tesis menjadi buku maka akan mengubah tesis yang bernilai ekonomi terbatas bahkan tanpa nilai ekonomi sama sekali. Menjadi suatu karya ilmiah dengan nilai ekonomi tinggi. Apalagi jika mampu mengkonversikannya menjadi buku yang menarik di mata masyarakat.

4. Mengasah Keterampilan Menulis Buku
Mencoba mengkonversikan tesis menjadi buku juga membantu mengasah keterampilan menulis. Hal ini penting untuk kamu yang kebetulan bercita-cita menjadi seorang penulis. Atau penting pula untuk kamu yang saat ini menekuni profesi dosen.

Sebab seorang dosen dijamin akan produktif menulis selama menekuni profesi ini. Mengingat kegiatan menulis juga merupakan kewajiban dan tugas seorang dosen. yakni menulis buku dan kemudian menerbitkannya secara profesional melalui penerbit.

5. Meningkatkan Kepuasan Pribadi
Membukukan tesis juga menjadi upaya untuk meningkatkan kepuasan pribadi. Dikatakan demikian karena, karya tulis ilmiah yang sudah disusun dengan penuh perjuangan. Pada akhirnya bisa dibukukan dan dipublikasikan secara profesional dan kredibel.

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Sebelumnya
Setelah memahami bahwa mengubah tesis menjadi buku adalah langkah yang menarik dan bahkan terbaik. Maka tidak ada salahnya untuk mengkonversi tesis tadi menjadi buku yang bernilai ekonomi tinggi dan bermanfaat besar untuk masyarakat luas.

Namun, sebelum memulai konversi tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dulu sebelumnya. Yaitu:

1. Isi Tesis Perlu Dikembangkan
Hal pertama yang harus diperhatikan saat mengonversi tesis ke buku adalah isinya. Jadi, isi tesis berbeda jauh dengan isi buku dimana pada tesis lebih formal dan kaku dengan bab-bab yang jumlahnya terbatas.

Berbeda dengan buku yang isinya lebih fleksibel dan idealnya memang tidak terlalu formal agar lebih enak dibaca. Sehingga isi tesis harus dipahami kemudian dikembangkan, agar dari 4 bab bisa menjadi 25 bab bahkan lebih. Jadi, jangan berpikir mengubah tesis ke dalam buku bisa langsung copy paste.

2. Publikasi Tesis
Jika tesis yang sudah diuji ternyata dipublikasikan dalam bentuk jurnal ilmiah, maka isinya perlu diubah total. Sebab isi buku tidak mungkin lagi dibuat sama persis dengan tesis yang sudah terpublikasi. Hal ini justru akan membuat buku tersebut diberi label sebagai hasil plagiat.

3. Harus Berorientasi pada Pasar
Tesis mungkin hanya difokuskan pada tujuan menyelesaikan penelitian, merampungkan studi, dan segera melewati proses pengujian. Namun tidak dengan buku, buku ini tidak hanya diterbitkan namun diharapkan juga laku terjual di pasaran.

Baca Juga :  HPN Tahun 2023 Riau di Inhil, Bupati HM Wardan: Instruksikan Bergerak Cepat

Maka pada saat mengubah tesis menjadi buku harus memiliki orientasi pada pasar. Kamu perlu melakukan survei dulu untuk mengetahui karakter buku yang berpotensi menjadi best seller seperti apa. Sebab buku yang ditulis dan kemudian laku keras, dijamin meningkatkan kepuasan dan kepercayaan diri.

4. Disesuaikan dengan Standar Penulisan dan Penerbitan Buku
Hal penting berikutnya adalah kebutuhan dan kewajiban untuk menyesuaikan susunan tesis menjadi susunan buku sesuai ketentuan. Ketentuan ini nantinya akan disampaikan oleh pihak penerbit. Sehingga akan ada perubahan besar dari segi struktur penulisan, tata bahasa, penyusunan kutipan, dan lain-lain.

Perubahan ini tentu perlu dilakukan, sebagai penulis usahakan selalu mengikuti arahan dari penerbit. Sehingga mempercepat proses penerbitan dan kamu bisa segera melihat buku tersebut diterbitkan dan dibeli oleh orang-orang. Oleh sebab itu selalu menjadi penulis yang bisa menyajikan buku sesuai ketentuan pasar.

Jika sudah paham apa saja yang harus disiapkan dan diperhatikan sebelum mengubah tesis menjadi buku. Maka bisa langsung memulai prosesnya, dan untuk memaksimalkan atau meningkatkan efisiensi selama proses konversi tersebut. Terdapat sejumlah strategi yang bisa diterapkan, diantaranya adalah:

1. Mengubah Judul
Proses mengkonversi tesis menjadi bentuk buku tentu tidak bisa asal dibuat buku, sebagaimana yang dijelaskan di atas. Ada tahapannya, karena bentuk tesis baik secara struktur maupun bahasa berbeda dengan bentuk buku. Sebab target pembacanya pun berbeda.

Tesis ditujukan untuk kalangan terbatas dan sifatnya ilmiah (masyarakat ilmiah), sedangkan buku jangkauan lebih luas. Tidak tertutup kemungkinan tesis yang dibukukan kemudian dibaca masyarakat dari berbagai lapisan dan kalangan. Oleh sebab itu isinya harus dibuat bersahabat.

Langkah awal adalah dari segi judul. Judul dalam tesis dijamin kaku, karena dibuat mempresentasikan isi tesis tersebut. Namun judul dalam sebuah buku perlu dibuat lebih menarik karena perlu ada unsur “marketing” di dalamnya. Oleh sebab itu, judul harus diubah dulu supaya menarik namun tetap sesuai dengan isinya.

2. Penyuntingan Naskah
Langkah kedua dalam mengubah tesis menjadi buku adalah melakukan penyuntingan pada naskah. Jadi, seperti yang sudah disinggung beberapa kali di awal bahwa struktur maupun tata bahasa dalam tesis berbeda dengan buku. Tesis tersusun atas bab satu, bab dua, daftar pustaka, dan sebagainya.

Selain itu ditulis secara formal, baku, rigid, dan semacamnya karena memang ditujukan untuk masyarakat ilmiah dan kalangan terbatas. Namun untuk buku tentu tidak mungkin hanya berisi empat bab, paling tidak ada 25 bab bisa lebih bisa juga kurang sedikit.

Jumlah halaman untuk buku juga cenderung banyak dan semuanya fokus ke isi, sedangkan tesis isi babnya terbatas karena mencakup hal-hal yang sekiranya penting saja kemudian ada tambahan lampiran. Oleh sebab itu isi tesis perlu diubah dengan cara dikembangkan.

Dimaksimalkan isinya untuk bisa menjadi buku yang menarik, setiap halamannya selalu memberi pertanyaan pada pembaca. Sehingga tertarik untuk membaca halaman setelahnya, setelahnya lagi, dan seterusnya. Oleh sebab itu, penulis tesis harus paham bagaimana mengubah isi tesis menjadi isi buku yang menarik.

Selain itu, untuk kutipan juga perlu sedikit diubah. Jika dalam tesis lebih banyak memakai kutipan langsung. Maka dalam buku perlu diperbanyak dalam bentuk kutipan tidak langsung. Tujuannya agar kutipan ini bisa dipahami masyarakat awam, sehingga bahasanya dikembangkan atau disederhanakan.

3. Editing dan Finishing
Tahap berikutnya dalam mengubah tesis menjadi buku adalah melakukan editing dan finishing. Maksudnya adalah sedikit melakukan editing, minimal pada pengecekan penulisan masih adakah yang salah ketik atau typo atau tidak. Selain itu juga mengedit catatan kaki, pencantuman sumber, tata bahasa, sistematika, dan lain-lain.

Baca Juga :  Technical Meeting Open Tournament Sepak Takraw Imigrasi Dumai Cup I : Semoga Berlangsung Sukses

Selain itu, di tahap ini kamu juga bisa menambahkan ide untuk ditambahkan dalam naskah buku yang disusun. Hal ini lumrah, karena memang isi bab di dalam tesis perlu dikembangkan ketika diubah menjadi buku.

Sehingga ada beberapa pembahasan yang tidak ditemukan di tesis namun dipaparkan sejelas mungkin di versi bukunya. Sehingga isi buku lebih mendalam dan disampaikan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami masyarakat luas.

4. Diajukan ke Penerbit
Jika proses editing di atas dirasa sudah cukup, maka bisa mengajukan naskah buku tersebut ke penerbit. Cobalah dulu di salah satu penerbit, jika memang diterima maka bisa mengikuti proses atau tahap penerbitan selanjutnya. Namun jika di satu penerbit tersebut naskah kemudian ditolak, jangan buru-buru putus asa.

Masih banyak penerbit lain yang bisa dituju untuk membantu proses penerbitannya secara resmi dan kredibel. Namun jika sampai ada beberapa penerbit yang menolak naskah, maka perlu mengecek dulu alasan penolakannya. Jika alasan ini fatal dan memang isinya perlu diperbaiki lagi maka bisa diperbaiki dulu.

Baru kemudian dikirimkan ke penerbit yang sama atau berbeda, sehingga bisa diterima dan diproses. Penolakan memang mungkin dialami, sebab yang perlu diperhatikan adalah isi maupun bahasa dalam tesis berbeda 90% dengan isi sebuah buku.

Jadi wajar, jika ada kemungkinan penolakan maupun revisi dalam skala lumayan. Justru hal ini bagus untuk tahu pembuatan naskah buku yang baik seperti apa, jadi jangan patah semangat atau putus asa. Terus kembangkan diri, karena menulis buku dengan menulis tesis memang berbeda.

Selain itu penting untuk fokus pada tujuan mengubah tesis menjadi buku dengan banyak manfaat yang bisa dicapai. Sehingga membantu lebih semangat untuk menyesuaikan dengan permintaan, syarat, dan ketentuan dari penerbit yang dipilih.

Mengirimkan naskah ke penerbit bisa dilakukan online maupun secara konvensional. Hal ini tergantung dari prosedur pengiriman naskah di penerbit yang dipilih. Silahkan disesuaikan, dan jika memang tidak memungkinkan datang langsung maka memilih penerbit dengan layanan berbasis online bisa diutamakan.

Strategi di atas akan membantu mengubah atau mengkonversi karya ilmiah jenis tesis menjadi buku yang layak baca. Maksudnya adalah buku tersebut menjadi mudah untuk dibaca dan dipahami oleh masyarakat awam. Sehingga tidak hanya bisa ditujukan untuk masyarakat ilmiah saja.

Disinilah fungsi penting lain dari prose konversi tersebut, yakni untuk memastikan hasil penelitian bisa dipahami dan diaplikasikan oleh masyarakat banyak yang membutuhkan. Jika hanya mengkonversi secara mentah bab-bab dari tesis ke buku, maka dijamin tidak akan dianggap menarik oleh masyarakat.

Efeknya buku tersebut menjadi kurang atau tidak laku sama sekali. Bukan karena isinya tidak bagus, sebab semua hasil penelitian tentu menjadi materi buku yang bagus. Hanya saja bagaimana menjadikan judul dan isinya lebih menarik perhatian publik, tentu menjadi yang utama.

Oleh sebab itu, proses mengubah tesis menjadi buku pada akhirnya menuntun penulis tesis tersebut menjadi penulis profesional. Nantinya akan menjalani atau melewati proses menerbitkannya di sebuah perusahaan penerbitan. Sehingga buku tersebut memiliki iSBN dan kemudian bisa dipasarkan secara luas. ***

Editor: Wadami

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *