Danau Biru Kampung Sri Pulau : Dulu Galian C, Kini Cantik Dipandang

Advertisements

BUALNEWS.COM — Namanya Danau Biru, begitulah masyarakat Kampung Sri Pulau, Kelurahan Tanjung Palas, Kecamatan Dumai Timur menamakannya. Airnya biru, jernih, sejuk dan enak dipandang mata.

Terletak ditepian Kampung Sri Pulau sehingga membuat kawasan ini masih terjaga keasriannya. Bentang luasnya, memang tak layak disebut danau,  atau lebih tepatnya disebut lopak dari lubang galian. Tersebab memang merupakan bekas galian c yang sudah ditinggalkan.

Diameter dari panjang dan lebarnya lebih kurang dari 10 m hingga 15 meter dengan kedalaman air dalam 2 hingga  3 meter. Untuk rekreasi  sebagai pelepas penat setelah berjalan  keliling menikmati suasana alami, hijau, damai dan kesejukan kampung ‘terselubung’ oleh perkebunan sawit adalah menjadi eksotis dari rahasia kehidupan alam di Kampung Sri Pulau.

Disinilah anak-anak kami  menghabiskan waktu selama tiga (3) bulan buat menyelesaikan tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai bentuk pengabdian, pendidikan dan mengenal langsung  lingkungan masyarakatnya. Ada darii program studi ekonomi syariah  terdiri dari 7 orang mahasiswa yaitu Amelia fFbrianti, Bagus Romadani, Cahaya Purnama Sari, Anisa Putri, Putra Rahmi Lovely Sangerta, Robiyatul Adawiyah dan M. Dwi Syafrizal.

Sedangkan dari program studi Pendidikan Agama Islam terdiri dari 6 orang yaitu Nurahmadanti, Aprianto, Yuniarsih,  Mellini Rahmawati putri, Jodi Pratama dan Maya Sovfiya Sari. Kemudian 1 orang mahasiswa dari program studi Muamalah atas nama Yuzirwan Nasution.

Sebagai dosen pembimbing yang ditunjuk Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ( LP2M)  IAITF Dumai maka ini juga bukan merupakan kedatangan pertama di kampung ini. Tapi merupakan kali kedua, tapi yang dapat dirasa dari kampung yang merupakan lahan hibah dari salah seorang tokoh bernama Alm Nurdin Islami awalnya untuk 20  kepala keluarga dari lahan miliknya. Hingga kini, kampung ini terus berkembang. Hanya terkesan terisolasi dari kampung-kampung tetangganya.

Oleh sebab itu, kehadiran anak-anak kami mahasiswa IAITF Dumai  berKKN di kampung ini mendapat sambutan luar biasa. Dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ditengan berKKN masa pandemi Covid 19.  Tapi kesehatan tetap terjaga dan semangat juga tetap terjaga.

 Hadirnya buku ini adalah menjadi refleksi dari cerita demi cerita yang membuhul diingat memori sebagai tapak dari kehidupan mereka. Sebuah harapan tentulah menjadi cerita manis untuk diingat dan kelak diceritakan kepada anak dan cucu bahwa pernah ada, pernah sampai dan pernah saling sap. Saling kenal, saling marah-marahan dan kemudian berangkul serta menangis saat perpisahan tiba.

Semoga buku berisi catatan dari banyak kegiatan selama ber KKN bisa memberi manfaat. Terutama dalam Tri Darma Perguruan Tinggi sehingga menjadi bahan pengalaman buat kedepannya. Sebab apa yang tertulis menembus ruang dan waktu. Dan apa yang tertulis akan tetap tertulis. Bak kata pepatah kuno berbahasa latin mengatakan nescit vox misso revertii. Artinya, kata yang telah dilontarkan tidak dapat ditarik kembali.  Pepatah kedua,  vox audita perit, littera scripta manet. Artinya,  suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal. Semoga buku ini bernilai seperti pepatah kedua dalam terus membudayakan semangat literasi menulis. Apalagi pengalaman adalah buah dari hasil terindah dari realitas perjalan dan pelajaran hidup itu sendiri. ***

*Dawami S.Sos M.I.Kom,  Dosen IAITF Dumai, Jurnalis Senior Wartawan Utama,  Pegiat Lingkar Pojok Literasi Tafidu dan Konsultan  Komunikasi Politik

Baca Juga :  Dari Novelty, Artificial Intelegence dan Menghindar Predator

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *