Tasawuf Komunikasi

Advertisements

BUALNEWS.COM — Hakekat manusia diciptakan adalah untuk beribadah pada sang pecipta. Disamping juga untuk saling kenal mengenal. Sedangkan komunikasi adalah sebuah proses dari hakekat manusia dalam memberi makna untuk saling mengenal.

Dalam proses pemberian makna inilah maka kehadiran tasawuf akan semakin memberikan jalan lurus dan jelas dalam memaknai setiap hubungan pemaknaan dalam hubungan bersama sang kholik dan sesama manusia.

Walaupun tasawuf lebih dari sekedar perbincangan soal moralitas. Kalau moralitas terpotret dari wujud perilaku manusia secara fisik, tasawuf menekankan hakikat moralitas itu sendiri. Apalagi adanya dunia lahiriah dan dunia batiniah. Kata Dr KH Said Aqil Siroji dalam bukunya Tasawuf sebagai kritik sosial (2005:43) mengatakan kalau dunia lahiriah mungkin saja mudah ditangkap karena memang tampak dimata. Siapa sangka dunia batin begitu menyemesta, mendalam, berliku dan penuh tebing rahasia. Agama kata Rasullulah ad-din yusrun (Agama itu Kemudahan) dan agama melihat manusia pada dimensi tubuh dan jiwanya

Apalagi dalam prinsip komunikasi selalu menempatkan simbolik menjadi sangat penting dalam membangun sebuah ikatan dari pemaknaan yang sudah melekat dengan baik. Dalam konsep simbol, dimana pemaknaan baru muncul karena adanya simbol-simbol dalam interaksi. Penciptaan makna dari simbol ini melahirkan interaksi simbolik.

Apalagi kekinian yang terjadi dalam masa IR 4.0 atau sudah pula IR : 5.0 maka kehadiran dalam hakekat komunikasi tidak hanya sebatas pemaknaan dari interaksi sesama manusia melalui verbal dan non verbal, tapi pesatnya kemajuan teknologi mesin makna bahasa cooding adalah menjadi bagian terpenting dalam interaksi masa depan.

Baca Juga :  Google Doodles Jadikan Sandiah Ibu Kasur Ikon Utama

Hakekat manusia dalam pencarian makna dengan mengutamakan rasa dan empati maka adalah jaminan bahwa manusialah nanti kedepan akan mengikuti rasa dan cara dari bahasa cooding. Dan bisa jadi manusia sudah menjadi objek yang pada akhirnya makin menjauhkan hakekat tujuan kehadiran manusia dimuka bumi. Yang muncul akhirnya pencarian-pencarian diri. Kalaulah pada akhirnya, pencarian itu berujung kepada kezuhudan dari dunia yang fana adalah bagian ujungnya bernama titik pencarian kebahagiaan dan atau menjadi zuhud dengan bertasawuf.

Buya Hamka dalam bukunya Tasauf Modern (2005:13) menyatakan dengan tegas bahwa tasauf bukan agama, melainkan suatu ikhtiar yang setengahnya diizinkan oleh agama. Lalu muncul pertanyaan bagaimana dengan setengahnya lagi kata Buya Hamka sudah tergelincir dari agama. Senada dengan itu, Ibnu Khaldun juga menyatakan kalau asalnya ialah bertekun beribadah dan memutuskan pertalian dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Dan menyendiri menuju jalan tuhan dalam khalwat dan ibadah.

Disisi yang lain Dr KH Said Aqil Siroj menjelaskan kalau titik puncak kesempurnaan beragama seseorang terletak pada kemampuan memahami ajaran Islam dan menyelaminya sehingga bersifat arif dan bijaksana (al-hikmah) dalam segenap pemahaman dan penafsiran. Disinilah perlunya mengedepankan aspek sufistik dalam beragama yakni aspek esoteris dari islam. Sisi positif dari pendekatan sufistik atau tasawuf ini adalah pemahaman keislaman yang moderat serta bentuk dakwah yang mengedepankan qaulan kariman ( perkataan yang mulia), qaulan ma’rufa (perkataan yang baik), qaulan maisura (perkataan yang pantas), qaulan layyinan (perkataan yang lemah.lembut), qaulan baligha (perkataan yang berbekas pada jiwa), qaulan tsaqila(perkataan yang berbobot) sebagaimana diamanahkan dalam Al-quraan.

Islam merupakan suatu kesadaran abadi yang bermakna penyerahan diri dan ketertundukan (al-inqiyad). Seperti halnya kata Islam itu sendiri yang berarti ketundukan dan kepasrahan. Sedangkan tasawuf adalah intisari ajaran Islam yang membawa kepada kesadaran manusia seperti itu. Kata Sayidina Ali dikutip dari buku tasauf moderan karya HAMKA dimana berucap “Kalau engkau kepingin jadi raja, pakailah sifat qonaah. Kalau engkau kepingin beroleh syurga dunia sebelum syurga akhirat, pakailah budi pekerti yang mulia,” ***

Baca Juga :  Ferdi - Parto Bakal Gratiskan Biaya Kuliah di Perguruan Tinggi Dumai

Penulis: Dawami S.Sos, M.I.Kom, Dosen IAITF Dumai, Pegiat Lingkar/Pojok Literasi Tafidu, Jurnalis Senior Wartawan Utama.

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *