Bengkalis Negeri Jelapang Padi

Advertisements

BUALNEWS.COM — Usia lima abad lebih, tepatnya 511 tahun, merupakan perjalanan yang panjang, bagi Bengkalis. Negeri pernah jaya menjadi kota perdagangan atau bandar, sehingga Johor pun tertarik menjadikannya sebagai bagian dari wilayah kota perdagangannya.

Bandar Bengkalis menjadi perhatian Portugis, sehingga mereka pun menyerang kota Bengkalis yang posisinya di muara Sungai Bengkalis. Penyerangan Portugis ke Bandar Bengkalis inilah yang dijadikan titik poin awal mulanya Kota Bengkalis, pada Juli 1512. Padahal jauh sebelum kejadian penyerangan, nama bandar Bengkalis sudah menjadi kota perdagangan, namun perlu penelusuran lebih jauh dengan meneliti naskah-naskah lokal tentang nama Bengkalis.

Sebelum dikuasasi Johor, Bengkalis sebagai wilayah kota pesisir, diperkirakan dikuasai Aceh, sebab Aceh di masa Sultan Iskandar Muda, mereka melakukan perluasan ke sepanjang pesisir timur Sumatera. Selain itu di muara Sungai Bengkalis juga ditemukan koin emas, peninggalan kerajaan Aceh Darussalam, jika ini sebagai poin awal untuk dijadikan HUT Bengkalis, maka diperkirakan tahun 1400-an, artinya usia Bengkalis bisa enam abad. Demikian catatan penelitian Dr Jarir tentang situs-situs Awal Peradaban di Pulau Bengkalis di sebuah jurnal.

Ada hal yang menarik dalam perjalanan Bengkalis dari masa ke masa, yakni Bengkalis merupakan “pelabuhan antara”; diperkirakana di zaman kuno dulunya, wilayah Bengkalis sebagai tempat dikumpulkannya produk pertanian seperti padi (Riza Pahlefi menyebut Bengkalis Negeri Jelapang Padi, tempat dikumpulkannya padi dari hulu Sungai Siak kemudian dibawa ke Johor dan Melaka) hulu Sungai Siak termasuk wilayah Tapung Kanan dan Tapung Kiri. Petapahan sebagai bandar dagang tempat dikumpulkannya emas untuk dibawa ke Johor, namun sebelum ke Johor, kapal-kapal dari Petapahan singgah ke Bengkalis. Pilihan kata “Jelapang Padi” judul di atas yang digunakan pada buku tulisan Riza Pahlefi budayawan pemerhati sejarah sekaligus Wakil Bupati Bengalis ke-1 sangatlah menarik. Artinya wilayah ini dinamis, bukan hanya dari sisi perekonomian tetapi juga politiknya.

Di masa Belanda, Bengkalis dijadikan ibu kota Sumatera Timur. Sumatera Timur yang wilayahnya dari mulai Tanjungpura yang berbatasan dengan Aceh, Langkat, Deli (Medan), Lubuk Pakam, Serdang, Bedagai, Pagurawan, Siantar (Simalungun), Batubara, Tanjung Balai, Asahan, Rantauprapat, Kota Pinang, Kualu, Panai, Bagansiapi-api, Siak, Pekanbaru, Selatpanjang. Wilayah Sumatera Timur ini sangat luas, dan ternyata Bengkalis sebagai ibu kotanya. Luar biasa, betapa hebatnya Bengkalis saat itu menjadi sentral Pesisir Timur Sumatera.

Baca Juga :  STIE Syariah Bengkalis Gelar Yudisium untuk 91 Mahasiswa

Di masa sebagai ibu kota residen Sumatera Timur inilah pembangunan Kota Bengkalis, yang tadinya bandar dagang Bengkalis berada di muara Sungai Bengkalis, kemudian dipindahkan ke Kota Bengkalis saat ini. Disebutkan Datuk Sofyan Said Ketua LAM Bengkalis Belanda membangun Kota Bengkalis, termasuk pembangunan kantor residen ( sekarang UPT Kehutanan) pelabuhan Bengkalis, bank, kejaksaan, penjara, kantor pos, klinik, Tangki Air dan lainnya.

Di masa kota residen inilah kapal-kapal besar, lintas samudera, singgah di Pelabuhan Bengkalis. Mulai tahun 1840 an, tercatat kapal-kapal dari Loksumawe (Aceh), Pedir, Deli, Singapura, Muntok (Bangka), Batavia, singgah ke Bengkalis. Bengkalis sebagai ibu Kota Residen sumatera timur, tentunya menjadi kota penting. Belakangan tahun 1880an, ibu kota Residen Sumatera Timur pun pindah ke Labuhan Deli (kota ini sekitar 10 Km dari Medan, di Sungai Deli), kemudian akhirnya ibu kota Residen Sumatera Timur pindah ke Medan. Bagaimana Bengkalis? Walau tidak lagi sebagai ibu kota residen Sumatera Timur, Bengkalis tetap ramai, sebagai pelabuhan tempat bersinggahnya kapal-kapal besar. Mungkin karena bangganya pada Bengkalis, Belanda pun membangun kapal besar dengan nama Bengkalis.

Sebagai pelabuhan besar, Bengkalis banyak disinggahi pendatang, termasuk Cina dan Suku Jawa. Penduduk Jawa yang merantau ke Semenanjung Melaya, ke Pineng, Malaka, Temasek, Muar, Deli dan kota pesisir timur dan lainnya, ada yang lebih memilih mukim di Bengkalis. Karena hubungan transportasi saat itu sangat mudah, maka beragam suku datang ke Pulau Bengkalis. Lihat saja sosok KH Imam Bulqin (ulama Bengkalis yang tahun lalu menerima penghargaan pahlawan daerah), menurut tim penulisnya, Ustaz Amrizal dan Marzuli, ternyata dulunya ia pernah ke Malaysia, kemudian akhirnya bermukim di Bengkalis, beliau ulama dan juga pejuang kemerdekaan di masa agresi Belanda. Pada awal abad XX pengiriman paket pun sangat mudah ke Bengkalis, karena kapal-kapal pengangkutan paket ini setiap hari singgah ke pelabuhan Bengkalis.

Baca Juga :  Gandeng Komunitas Pemuda dan Ekonomi Kreatif, Prodi HKI STAIN Bengkalis Taja Talk Show, Berbagi Takjil dan Buka Bersama

Di masa kemerdekaan RI, jalur transportasi tidak lagi menggunakan laut, jalur darat terus berkembang pesat, sehingga pelabuhan Bengkalis pun mengalami kemunduran. Bahkan saat ini, terkesan orang yang datang ke Pulau Bengkalis, harus menggunakan Roro, seakan-akan Bengkalis ini wilayah belum tersentuh peradaban, padahal Bengkalis merupakan wilayah yang awal-awal tersentuh peradaban. Itulah realitasnya, jika dulu Bengkalis mudah diekses, kini dengan berkembangnya jalur transportasi darat, maka Bengkalis di ujung, dan sulit diekses (dikunjungi). Tentunya kondisi keterbatasan ekses ini menghambat pembangunan, diperlukan solusi bersama, baik dari Pemkab Bengkalis, Pemprov Riau dan juga pemerintah pusat (Jakarta), bagaimana agar ekses ke Pulau Bengkalis mendapat perhatian. Setakat ini jalur laut masih dipertahankan ciri khas wilayah pesisir. Kedepan bukan hal mustahil akan terbangun jembatan penghubung dari Sungai Pakning Pulau Sumatera – Pulau Bengkalis.  

Bengkalis Kota Pendidikan

Sebagai kota residen, dan Bandar dagang, maka dulunya di Pulau Bengkalis ini dibangun lembaga pendidikan, maka tidak sedikit orang besar saat ini dulunya pernah mengecap sekolah di Pulau Bengkalis. Mulai dari Soeman HS, Taufik Ikram Jamil, Fahrunnas MA Jabbar, bahkan Wagub Brigjen (Pur) Edy Natar Nasution merupakan produk pendidikan Bengkalis. Lalu, sebaiknya Bengkalis ini tetap dijadikan kota Pendidikan seperti pada masa lalu.

Di Bengkalis saat ini ada perguruan tinggi negeri, seperti STAIN Bengkalis dari cikal bakal STIT, STAI Alkautsar. Insya Allah tidak lama lagi STAIN akan berubah menjadi IAIN. Jumlah mahasiswanya 3.000 an lebih. Demikian juga Politeknik Negeri Bengkalis yang mahasiswa berasal dari berbagai wilayah di negeri ini, mereka berdatangan ke Pulau Bengkalis untuk menuntut ilmu. Berdiri juga STIE Bengkalis dibawah naungan Pemkab Bengkalis. Ribuan mahasiswa ini merupakan potensi bagi pengembangan Pulau Bengkalis sebagai pusat pendidikan. Perguruan tinggi negeri ini ikut bagian membangun Bengkalis dengan cara meraih anggaran pusat yang jumlah puluhan miliran setiap tahunnya.

Bagi penduduk lokal, kedatangan ribuan mahasiswa di Bengkalis ini merupakan mesin penggerak ekonomi, sehingga usaha dagang penduduk tempat pun laku dan rumah kos pun bertumbuhan. Transportasi Roro yang dulunya ramai ketika L2D (lebaran, liburan dan musim duren) sekarang begitu riuh dan perlu peningkatan infrastruktur penambahan dermaga dan armada. Masih banyak sisi lainnya, yang merupakan dampak positif dari kota pendidikan ini.  

Baca Juga :  Bagus Santoso Raih Gelar Doktor Bidang Ilmu Politik

Bengkalis Masa Kini

Kabupaten Bengkalis masa kini tetap gagah dan masih layak disebut  “Jelapang Padi” bahkan terus tumbuh bergeliat mantab.

Secara administratif Wilayah Kabupaten berkurang tapi pemekaran membuat berkah anggaran mekar.  Sebagai Kota lama maka Bengkalis ibarat induk terbaik bagi daerah yang dilahirkan. Kota Dumai, Kabupaten Siak, Rokan Hilir dan Kepulauan Meranti berhasil mandiri. Langkah melepaskan anak-anaknya merupakan catatan sejarah mulia yang  tak terprediksi oleh daerah lainnya. Banyak yang mau mengikuti kepiawaian Bengkalis memekarkan wilayah tapi ketinggalan momentum.

Zaman sudah berubah regulasi ketat hingga moratorium. Hari ini Kabupaten Bengkalis dinakhodai pasangan lihai pegang kemudi yaitu Bupati Kasmarni dan Wabup Bagus Santoso. Berdua serasi arungi samudera dengan tenang sampai menyusuri Selat Melaka, merekatkan daratan dan kepulauan. (4 kecamatan daratan; Mandau, Talang Muandau, Pinggir dan Bathin Solapan, 3 pesisir; Bukit Batu, Bandar Laksamana, Siak Kecil dan 4 kepulauan; Bengkalis, Bantan, Rupat dan Rupat Utara). Membawa cita niat mulia bersama menuju Kabupaten Bengkalis BERMASA ( Bermarwah Maju dan Sejahtera).

Pasangan KBS (Kasmarni-Bagus Santoso) melanjutkan  estafet pemimpin sebelumnya sejak masa transisi sentralistik Bupati Azali Johan, Fadlah Sulaiman disambung masa desentralisasi Syamsurizal, Herliyan Saleh, Amril Mukminin. Dengan para Wakil Bupati Riza Pahlefi, Norman Abdul Wahab, Suayatno, dan Muhammad.

Banyak kebijakan pembangunan berlaku, silih berganti pemimpin mengikut masanya dengan segala kelebihan dan kekurangan masing- masing. Konfusius mengatakan, pelajarilah masa lalu jika Anda ingin mengetahui masa depan. Lalu, kata Lorenzo Snow jadilah hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan jadilah hari esok lebih baik dari hari ini. Tahniah Bengkalisku tercinta selamat HUT ke-511. Bengkalis Hebat, Bermasa Mantab.***

Oleh Dr H Bagus Santoso Wakil Bupati Bengkalis

Sumber: www.riaupos.jawapos.com >

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *