KH Said Aqil Sebut Gus Yahya Tepat Jadi Ketum PBNU, Gus Yahya Staquf: Tak Ada Pola Capres-Cawapres dari PBNU

Advertisements

BUALNEWS.COM – Ada momen menarik ketika panitia acara Muktamar Nahdlatul Ulama (NU). Momen yang menarik perhatian itu adalah ketika Ketum PBNU terpilih Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menghampiri Said Aqil Siroj. Momen itu terjadi di GSG, Universitas Lampung, Jumat (24/12/2021). Awalnya Yahya Staquf duduk di kursinya bersama sejumlah kader NU lain.

Kemudian datang Saifullah Yusuf atau Gus Ipul ke arah Yahya Staquf. Gus Ipul menyalami Yahya Staquf.

Setelah itu, Yahya Staquf menghampiri Said Aqil. Keduanya bersalaman dan berpelukan.

Nah saat momen bersalaman itu, Gus Yahya juga tampak mencium tangan Said Aqil. Setelah itu, mereka pun kembali berpelukan.

Saat berpelukan, keduanya tampak saling berbisik. Tidak diketahui apa yang mereka bicarakan. Akan tetapi keduanya tampak berpelukan dengan akrab.

Momen itu diiringi dengan kumandang selawat dari peserta muktamar. Semua menyambut bahagia selesainya muktamar ini.

Gus Yahya saat pemungutan suara atau votting mendapat suara terbanyak. Dia pun terpilih menjadi Ketum PBNU setelah menang di dua tahapan penghitungan suara.

Di tahap pemilihan bacalon ketum, Yahya Staquf unggul dengan suara sebanyak 327. Perolehan suara Yahya Staquf juga unggul cukup telak di tahap pemilihan caketum PBNU.

Yahya Staquf meraih suara 337, sementara Said Aqil 210 suara.

Kiai Said Aqil Siroj, menyebut Gus Yahya adalah pilihan yang tepat untuk memimpin NU. Dia juga mendoakan agar Gus Yahya diberkahi Allah SWT.

“Saya sangat senang, bersyukur, (Muktamar NU) berjalan dengan baik dan yang terpilih ada di sebelah, pilihan para kabinet yang tepat, tidak salah, pilihan yang sangat tepat, insyaallah membawa berkah,” kata Said Aqil saat menyampaikan sambutannya di Lampung.

Baca Juga :  Likuran dan Tradisi Lampu Colok

Said Aqil juga menyampaikan kebahagiannya karena Muktamar NU berjalan dengan baik. Dia juga mengajak agar semua anggota NU melupakan tentang pemilihan Ketum PBNU dan bersama-sama membangun NU dengan Gus Yahya.

“Jadi saya bangga atas keberhasilan diselenggarakannya muktamar ini, tidak ada lagi kecuali saya bersyukur pada Allah karena Muktamar telah berjalan dengan baik, aman, tenteram, walaupun katanya sebelumnya kira-kira agak panas tapi ternyata selesai dengan nyaman, damai, dan ketawa. Kita lupakan apa yang terjadi kemarin, kita lupakan dan bergandengan tangan bersama-sama membesarkan Nahdlatul Ulama,” sebut Said Aqil.

Said Aqil menegaskan, meski tidak terpilih menjadi Ketum PBNU lagi, dia akan tetap berdakwah. Dia juga mendoakan dan berterima kasih kepada semua panitia yang sudah menyelenggarakan Muktamar NU dengan damai.

“Jadi pengurus atau tidak jadi pengurus tidak akan melupakan prinsip saya, semampu saya. Mudah-mudahan, sekali lagi, Allah memberkati kita semua. Dan saya terima kasih kepada panitia, dan kepada seluruh pihak yang berkontribusi atas kesuksesan muktamar ini, dari Banser, dari pemerintah, semuanya,” katanya.

Dalam kesempatan ini, Gus Yahya memberi penghormatan kepada KH Said Aqil Siroj, yang juga menjadi caketum PBNU dalam Muktamar ke-34 NU. Yahya menyebut Said Aqil sebagai gurunya. Dia menyebutkan peranan Said dalam membimbingnya.

“Yang paling awal ingin saya haturkan terima kasih saya adalah kepada guru saya, yang mendidik saya, menggembleng saya, menguji saya, tapi juga membukakan jalan bagi saya dan membesarkan saya, Prof Dr KH Said Aqil Siroj,” kata Yahya.

Dia mengatakan banyak jasa yang diberikan Said kepadanya. Dia kembali memberi pujian kepada Said, yang sudah memimpin PBNU selama dua periode.

“Saya tidak tahu apakah akan cukup umur saya untuk membalas jasa-jasa beliau. Kalau ini disebut keberhasilan, sesungguhnya ini adalah akar beliau,” ucapnya.

Baca Juga :  Ketua Umum PBNU Gus Yahya: Pengukuhan Ingin Rasakan Atmosfer Nusantara

“Kalau ada yang patut dipuji dari semua ini, pujian itu milik beliau,” imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, Yahya juga bersyukur Muktamar ke-34 NU berjalan lancar. Dia memberi ucapan terima kasih kepada panitia, Banser, hingga Fatayat NU. ***

Editor: Wadami

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *