BUALNEWS.COM — Sebagai orang komunikasi maka kesan pelayanan diberikan suster, dokter dan pak polisi yang terus mengajak dan mengabdikan waktu, diri dan tenaga untuk sama dan bersama untuk sehat adalah patut diacukan jempol.
Seperti tepat, pukul 10.00 WIB bertempat di suatu sekolah di Kelurahan Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai aku pun sekalian ikut suntik vaksin.
Wajah ramah dan komunikatif suster cantik itu sedikit meringankan beban stres takut disuntik yang sudah memikirkannya sejak istri, ngajak vaksin di sekolahnya 3 hari yang lalu.
Walaupun sesekali, kata ledekan keluar dari wajah cantiknya dengan tetap memberikan pelayanan terbaik kepada para peserta vaksin yang semuanya terdiri para siswa dan ada juga masyarakat sekitar.. “Kok, baru vaksin.pak” “Takut dengan jarum suntiknya, ya pak” Aku pun hanya bisa sekomunikatif mungkin untuk mengalihkan pembicaraan.
Yang jelas hanya terbayangkan jarum suntik. Dan bagaimana tajamnya ujungnya.
“Ibu inilah, dahlah awak takut. Itulah pula disebutnya” guman diriku dalam hati sambil senyum kesal.
Apalagi didepan, dimana aku duduk dengan suster tempat memeriksa tekanan darah, sesekali.ditanya soal alamat, no hp/WA dan NIK yang sudah diisi sebelumnya. Terlihat oleh Ku, seorang siswa laki-laki lagi disuntik vaksin juga. Terlihat olehku, macam tak ada masalah aje , anak ini. Parasnya ganteng, rapi dan sedikit pun tak ada menyimbolkan rasa takut, sakit atau lainnya.
“Ah, hanya perasaan Aku aja kalau disuntik itu sakit.” Begitulah kata hati yang keluar sebagai penyemangat diri. Dan sebenarnya, bukan soal vaksinnya. Tapi soal jarum suntik inilah yang.membuat gerun untuk berobat atau lainnya dengan obat di suntik. “Kalaulah ada obat, biarlah makan obat,”
Setelah cek darah dan jantung, 130 dan normal kata ibu suster cantik maka giliran aku untuk duduk di kursi yang tadi diduduki anak laki-laki. :”Pak, coba dibuka bajunya. Biar senang disuntik” kata dokter yang sedikit santai dan memang taklah secantik suster yang pertama tadi.
“Takut, pak. Bukan sakit pak!,” dah terbaca olehnya, kalau aku takut. Macam-macam perasaan begitu dia membuka dan terlihat pula tumpukan jarum tersusun rapi. Disuruhnya aku memberikan kertas ke anak bungsuku. Ehhh, begitu aku menyodorkan kertas vaksin, foto copy KK dan formulir ke anak bungsu dan disuntiknya. :”Akhirnya, vaksin sudah Aku!,”
Aku pun kembali ingin memastikan. “Sudah dok” dia hanya.menjawab “Sudah” sambil melempar sunyum. “Tinggal keluar balkot,”
Bagi kami yang takut jarum.suntik ini, bukan soal vaksinnya. Tapi soal jarumnya. Tapi aku suka gaya ibu Doktor memindahkan perhatian dan jangan sampai membuat kaku dengan mengalihkan perhatian kita dari jarum. Jadi semuanya soal komunikasi dan bagaimana kita menghayati dan memaknai proses itu menjadi kekuatan untuk membuat orang lain nyaman. Semoga kita sehat selalu. ***
*tjpls17/01/2022pukul 12.00wib